Sabtu, 27 Desember 2008

CANTIK - UNIK - MAGIC!

DESA KETE’ KESU-TANA TORAJA

Ada banyak desa adat yang menjadi tujuan wisata di Tana Toraja, salah satunya desa Kete’ Kesu. Look desa ini pasti gak asing lagi, soalnya emang sering banget diekspose, baik untuk tayangan tv, gambar di kalender, postcard ataupun brosur wisata.
Hemm..jadi bingung mo mulai cerita dari bagian mana...fotonya gk kumplit pula! uhuhu...

(Bareng Anak2 desa Kete' Kesu - background lumbung padi)

Jadi, desa adat di Toraja punya aturan2 umum antara lain, menghadap ke utara, karena dari sanalah nenek moyang mereka berasal. Setiap rumah akan berhadapan dengan lumbung padi (berarti semua lumbung menghadap selatan, ya sodara2!:p). Uniknya, rumah adat (disebut tongkonan) dan lumbung2 itu terbuat dari kayu semua dan awet hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Tiap2 bagian yang membentuk bangunan itu hanya diikat dengan tali. Kok bisa kokoh berdiri, ya? How come?!

(With Raka, di jalan masuk Kete' Kesu. Sayang, gak tampak depan..hiks..)

Di setiap rumah, ada tanduk2 kerbau yang dipajang. Jumlahnya macem2 tergantung sudah berapa banyak kerbau yang mereka sembelih untuk upacara adat. Kalau banyak, itu tandanya si empunya adalah orang kaya. Selipan info nih : di Toraja, hewan favorit untuk upacara adat adalah kerbau. Dan kerbau yang mahal adalah kerbau bule, kerbau yang warna kepala atau sebagian tubuhnya tidak hitam/abu2 tetapi putih kemerahan. Katanya, bisa puluhan bahkan ratusan juta loh harganya! Kalau pas hari pasaran, kita bisa lihat kerbau2 mahal itu dipajang untuk diperjualbelikan.

(di depan salah satu tongkonan 'bertanduk' banyak - Kete' Kesu)

Di bagian belakang desa Kete’ Kesu, sekitar 200 meter, ada bukit yang dijadikan kuburan bagi orang2 mereka lengkap dengan boneka2 tiruannya yg disebut Tau Tau (Humm, akhirnya aku bisa juga sampai ke tempat yang dulu di datengi Ryani Djangkaru bareng Jejak Petualangnya... yg dulu cuma kulihat di tv...thanks God! That’s what i said to my self... Norak dikit gak papa lah..hohoho)

(Yaaaahh..yg keliatan krunya, bukan kuburan batunya...)

Mungkin karena kerap dikunjungi, lokasi itu gak serem kok. Sedikit terasa magis, iya..tapi beneran, gak nakutin! Yang ada cuma kagum, itu gimana caranya orang jaman dulu bikin lobang di dinding yang tinggi dengan kemiringan nyaris 90 derajat...itu gimana tulang2 bertumpukkan tapi kok gak dimakan hewan dan gak bau....itu gimana patung2 / boneka2 tiruan leluhur yang sudah meninggal kok tetap awet...itu gimana......ck..ck..ck...

***
Kalau mau beli souvenir di desa ini, kita gak perlu susah, karena penduduknya jugalah yang berjualan di sekitar lokasi. Ada aksesoris, hiasan dinding, kaos, patung kayu, bahkan kopi Toraja!;)

Sebelum ganti lokasi : desa ini punya forground pemandangan sawah yang oks banget! Meskipun di sekitar rumahku jg ada sawah, tp yang ini bener2 jadi satu paduan landscape yang ouuwkeeyy bangettts!!:D (gak punya fotonyaaaaa....hiks.. hiks 1000x)


KALIMBUANG BORI’ (kompleks Menhir & Kuburan batu)

Lokasinya ada di 5 km arah utara kota Rantepao. Jalan menuju kesana sudah di aspal tapi tidak terlalu lebar. Sepanjang jalan pemandangannya indaaahh banget. Dan begitu sampai lokasi, nuansa magis mulai terasa....sepi...sejuk...
Tapi teteupp...keindahan lokasinya bisa ngilangin semua aura ‘seram itu, kok!
Di sini ada banyak menhir. Ukurannya macem2, paling tinggi sekitar 3 meter. FYI, batu2 tsb dibawa dari gunung dan 'ditanam' sedemikian rupa hingga msh kokoh sampe sekarang. Punya kekuatan apa ya, orang jaman dulu?! Belom lagi kalau liat 'goa' dari batu besar yg dipahat-dilubangi utk kuburan, pasti bakal tambah kagum, soalnya mereka melakukannya manual loh, gak pake mesin!! Butuh waktu tahunan untuk hal itu.

(Belakang menhir, depan kuburan batu....hiiyyy!!)


DESA TRADISIONAL PALLAWA

Desa ini merupakan desa adat. Nuansanya mirip dengan Kete’ Kesu. Cuma secara look (halah..) memang lebih indah Kete’ Kesu, menurutku. Yang menarik waktu kami kesana adalah adanya jenazah yang sudah setahun meninggal dan masih disimpan di dalam rumah. Bagi orang Toraja, upacara pemakaman memang istimewa. Jadi kalau memang pihak keluarga yang meninggal belum siap, jenazah bisa diawetkan hingga mereka mampu membuat upacara pemakamannya.

DESA SA’DAN TO’BARANA

(Salah satu sudut ds. Sa'dan To'barana)

Desa ini merupakan salah satu pusat tenun tradisional. Penenunnya semua wanita, dari mulai ibu-ibu sampai nenek2. Mereka masih menggunakan bahan dan alat menenun tradisional. Pewarnanya pun demikian, masih menggunakan pewarna dari kulit pohon atau tanaman2 tertentu. View di desa ini jg bagus. Ada sungai kecil yg melintas di tepi tongkonan (rumah adat) terluar. Jadi gak salah kalo aku pun pose2 di sini hohoho....narsis euy! :D



(Suka deeehh, kliatan tinggi!! hehehe...)

Sepertinya kompleks tongkonan di desa ini adalah peninggalan keluarga orang berada (keturunan bangsawan), karena tongkonannya besar2 dan potongan tanduk kerbaunya juga banyak. Yang jelas, di desa ini aku dapat ‘saudara’ baru, yaitu ibu yang jg bekerja di Dinpar Toraja. Kenapa sodara? Karena beliau satu2nya orang asli Toraja namun muslim yang kutemui di sana:) Bahkan beliau menawarkan rumahnya untuk disinggahi kapanpun aku bisa ke Toraja lagi. Duh, jd terharu....

Kamis, 25 Desember 2008

APA KAREBA, MAKASSAR?!

Kota-kota di luar pulau Jawa, ternyata tidak sesepi yang kukira. Makassar contohnya. Kota ini menjadi tempat transit yg ideal bagi mereka yg ingin bepergian ke Indonesia bagian timur lainnya, baik lewat transportasi laut maupun udara. Kota yang terus membangun diri untuk menjadi tujuan wisata utama di Indonesia bagian timur ini, terlihat ramai dan nyaris metropolis. Bahkan dapet bocoran dari orang Dinas Pariwisatanya, kota Makassar menjadikan Bali dan Jogja sebagai contoh dalam membangun pariwisata mereka. Lumayan kelihatan sih, misalnya saja, nama-nama jalan di kota ini mirip banget dengan model tulisan dan bentuk papan-tiang yang digunakan di Jogja. Lalu, pertokoan, tempat makan dan penginapan di sepanjang tepi Pantai Losari, sepertinya mengiblat pada suasana di Kuta-Bali. It’s oke, gak ada yang salah dengan mencontoh hal-hal baik, bukan? So, let we start to talk about the tourism places here!;)


‘TERBIT – TENGGELAM’ DI PANTAI LOSARI


Ini dia pantai yang paling terkenal di Sulawesi Selatan. Letaknya benar2 ada di pusat kota Makassar. Pantainya agak curam dan berbatasan langsung dengan jalan raya. Kaya Ancolnya Jakarta gitu lah.. Cuma di sini lebih bersih dan gratis pula, karena benar2 di pinggir jalanan kota. Siapa yang lewat, boleh melihat :).
Di tepi pantai ini dibangun juga semacam ‘pelataran’ luas yang menjadi titik sentral kegiatan di Pantai Losari ini. Pertunjukkan seni juga sering digelar di sini. Makanya waktu kami diberi fasilitas untuk shooting tarian adat oleh Dinpar Makassar, kami memilih anjungan/pelataran ini sebagai lokasinya. Strategis dan representatif! Banyak anak muda nongkrong, orang tua momong anak, atau rombongan wisatawan yang menanti sunset di sini. O, iya...di Pantai ini, kita bisa lihat Sunrise dan Sunset dari tempat yang sama loh! Tapi tentu saja, dg waktu yg berbeda, ya!:p

(Anjungan Pantai Losari)
(Senja di Losari..)

Ada juga restoran terapung di sini. Maksudnya adalah restoran yang lokasinya di atas kapal atau bangunan di atas air. Pokoknya dijamin gak laper deh, karena banyak juga penjaja makanan di tepi jalan. Dan yang most wanted banget pastinya adalah Pisang Epe! Manis! Enaaakk tenaaann!! :D
Kalau mau belanja oleh-oleh souvenir, jl. Somba Opu memang bisa diandalkan, tapi siap-siap kenceng nawar ya...lumayan mahal2 soalnya. Yang dijual antara lain : Emas (jangan beli lah, kan tujuannya berwisata, bukan investasi hehe), aksesoris kerajinan tradisional, tas-kopiah-baju-sarung, dll. Untuk kuliner ‘besar’, kota Makassar kaya dg menu seafoodnya. RM Lae Lae adalah referensi paling populer yg boleh dicoba. Seimbang antara harga dan rasanya :).

Untuk hotel dan penginapan, jangan khawatir. Seperti yg aku bilang tadi bahwa kota ini meniru suasana tepi pantai di Bali, maka di sepanjang tepi Pantai Losari pun banyak berdiri hotel2 berbintang dg view laut sebagai andalannya. Kalau gak kebagian, hotel di tengah kota jg banyak kok! Waktu shooting episode ini, kami menginap di hotel Imperial Aryaduta Hotel , Jl. Somba Opu No. 297 Makassar, Telp. 0411 – 870555. Hotelnya tergolong baru, bagus, nyaman dan seberangnya langsung pantai Losari.

(Kolam renang hotel Imperial)


BENTENG FORT ROTTERDAM

Situs sejarah yang juga ikon kota Makassar. Benteng ini dekat dengan laut, karena dulunya memang berfungsi sebagai tempat pengintaian musuh yang datang dari arah laut. Bentengnya terawat dan beberapa bangunan di dalamnya difungsikan untuk kegiatan masyarakat seperti ruang pelatihan bahasa inggris, perpustakaan, dll. Aku pikir ini ide bagus daripada bangunannya gak terjamah dan jadi angker, ya to?! Kalau difungsikan gitu kan malah bermanfaat. Ada museum La Galigo jg di dalamnya. Bagian yang paling aku suka dari benteng ini adalah bagian depan atas, dimana sisa2 tembok yang begitu kokoh melindungi benteng ini masih ada. Dari situ kita bisa melihat laut lepas dan Pulau Kayangan yang juga menjadi obyek wisata andalan. Alasan lainnya adalah, sisa2 tembok itu terlihat eksotis! Hehe... Keren gitu buat background poto-poto! Kaya’ di majalah! Hahaha.... :p (sayangnya gk sempet minta foto2 yg di kamera temen..hiks..)


PULAU SAMALONA

Namanya gak asing kan? Karena ada judul lagu yang pake nama pulau ini. Lagunya sapa ya? Browsing sendiri, mau kan? Hehe....
Kami memang tidak memilih P. Kayangan untuk dikunjungi (di shooting) waktu itu. Pertimbangannya adalah ingin mencari lokasi lain yang masih jarang dikunjungi biar pemirsa gak bosen. Akhirnya dengan bantuan bapak2 dari Dinpar, kami bisa menyewa speedboat ke pulau Samalona. Sewanya waktu itu 1 juta rupiah PP. Waktu tempuh dari Pelabuhan Khayangan sekitar 45 menit saja. Sebentar tapi lumayan bikin jantung berdesir! Mungkin karena speedboat melaju kencang beradu dengan ombak yang rada besar plus ‘bertemu’ dengan kapal2 suepeerrr guedeee lagi mangkal (?). Ugh! Berasa keciilll banget jd manusia. Yang aku ‘rutuki’ saat itu adalah; kenapa aku gak pernah niat belajar renang?! Jadi kan gak perlu khawatir banget kl sedang ada di laut gitu...hiks...
***
Benar saja, begitu akan merapat ke P. Samalona, ikan2 di dasar laut sudah menyambut. Suer! Indah banget!! Air biru kehijauan yang jernih banget itu membebaskan mata ini untuk melihat semua ikan yang ada. Huh...sekali lagi aku menyesal, kenapa gak bisa renang?! :(

Kami segera melintasi pulau ini mencari sudut yang dirasa paling indah, sepi dan enak buat shooting. Maklum, meskipun ‘jauh’ dari peradaban kota, pulau ini juga banyak penghuninya dan banyak pula turis yang stay nyewa rumah untuk beberapa waktu di sana. Jadi pas ‘melintas’ di pulau ini, turis2 itu melambai ramah ke kami (hehehe...berasa artis deeehhh!! Padahal melambainya ke Host kami yg emang artis beneran, hahaha!!).
Melintasi pulau ini gak butuh banyak waktu, wong Cuma kecil kok. Berapa ya luasnya? Satu hektaran mungkin. Kecil kan, utk ukuran sebuah pulau berpenghuni?!
Nah, akhirnya, jadilah host cewek (Trianita) kami minta snorkling di sini. Warga juga nyewain sepatu katak dan alat snorkel loh, 30 ribu satu paketnya. O,iya..sebenarnya ada lagi yang dituju wisatawan di pulau ini, yaitu pohon besar dan makam..siapaaa gitu. Tapi aku sih gak rekomen. Lebih baik nikmati aja pasir putih dan laut birunya, dah! Hehe...

Note : maapppp banget, foto2 gak ada, alasan silakan diliat di postingan "Prolog for Celebes". Nanti kl aku ada waktu cari2 di koleksi temen yg bareng ke sana, pasti aku upload-in deh;)

Kamis, 20 November 2008

PROLOG FOR CELEBES

I'm back!!:)


Ini kenangan hampir dua tahun yang lalu, saat aku, untuk pertama kalinya jalan dengan tim Koper & Ransel. Yang waktu itu bikin sedikit 'shock' adalah, shootingnya langsung ke luar pulau Jawa aja gituuw...ke Sulawesi Selatan dan Tenggara. Duh..duuuhh....sama sekali gak kebayang medannya bakal seperti apa :((


Untunglah, apa yang ditakutkan tidak terjadi. Semua berjalan lancar, dari mulai survey hingga shootingnya. Tidak serumit yang ditakutkan. Ternyata, diri ini menjadi 'cerdas' sendiri di lapangan. Menjadi sangat inisiatif dan cerdik mencari jalan keluar semua persoalan. Menjadi sangat 'brilian' dalam mencari akal. Satu pelajaran berharga : diri kita ini pada dasarnya mandiri dan bisa diandalkan!;>





Planning.



Survey akan aku lakukan bareng sama Campers (mas Ilham) di Sulsel dulu-baru ke Sulra, dan bertemu dg anggota tim yg menyusul kemudian di sana. So, pagi pertama yg kami lakukan setibanya di bandara Hasanuddin, Makassar adalah langsung menuju ke Tana Toraja. Menuju ke yang jauh dulu, begitu pikir kami.



Survey.




Perjalanan dari Makassar ke Toraja memakan waktu sekitar 7-8 jam dengan mobil. Jadi, ketika kami sampai di Toraja, udah hampir maghrib. Survey pun cm bisa dilakukan di desa Kete' Kesu. Cari izin dan info sedikit, trus langsung cari penginapan di tengah kota Rantepao ('ibu kota'nya Toraja). Yang paling populer sih Hotel Indra (ada Indra I dan II). Bukan hotel berbintang, tapi lumayan lah buat istirahat. Hotelnya tingkat dua, nuansanya bambu-bambu gitu. Keluar kamar langsung taman terbuka. O,ya...udara di Toraja tergolong dingin karena dikelilingi pegunungan. Jadi, prepare baju hangat ya!:)



***



Esok harinya, kami langsung geber beberapa lokasi yang udah aku list untuk disurvey dan diambil stockshotnya sama mas Ilham. 'Stereotip' tiap lokasinya sih hampir sama, batu-batuan, simbol keagamaan, leluhur atau mistis! Tentang lokasi2 ini, aku ceritain di judul lain ya..!!



***



Sore hari, kami langsung balik ke Makassar lagi, biar gak wasting time dg perjalanan yg berjam-jam itu. Sampe di Makasar sekitar jam 1 dini hari. Apesnya, hotel2 yg lumayan, pada fullbook! Sapa aja sih, yang nginep??! Akhirnya kami dapet nginep di hotel Angin Mamiri. Hotelnya lumayan...tingkat tiga ato empat gitu, tapi tanpa lift! Bayangkan beratnya ngangkat koperku dari satu anak tangga ke anak tangga berikutnya, karena berisi baju2 dan perlengkapan untuk 12 hari!! Belom lagi kamarnya yg terasa aneh. Maksudku, apa yg salah ya..kamar besar, tapi kok berasa sempit banget!? Apa furniturnya yg salah ukuran? atau tata letaknya? Pokoknya sempiiit aja, padahal interiornya lumayan loh.




***


Pagi harinya, survey Sulsel di mulai. Seperti biasa, kami mulai dari yg jauh dulu, spt ke daerah Bulukumba. Asli, cakep pantainya, cuma jauuhh!! 4 jam perjalanan dg kondisi jalan yg waktu itu separuhnya rusak! Cuma maap, nanti gak ada foto2 pantai Bulukumba yg berair biru dan berpasir selembut tepung, karena HP ku yg buat foto2 di Sulsel-Sulra itu rusak...lalu file2nya hilang...hiks :(( Jadi foto2 yg nanti ada adalah hasil ngopy dari punyanya mba Ifa, my Assprod.

Hari berikutnya yg cuma tinggal setengah (karena hrs ngejar pesawat 'kecil' menuju Kendari), kami gunakan utk survey dan stockshot kota Makassar dan sekitarnya yg deket2.


***

Sampainya di Kendari, yg kami lakukan adalah cari penginapan karena hari telah beranjak malam, jd gak mungkin survey lokasi. Ternyata lumayan 'sulit', karena Kendari adalah kota kecil. Gak bermaksud cari hotel mewah sih, cm lebih berhati2 aja...takut dpt hotel 'nakal' hahaha.. (ada pengalaman 'unik' tersendiri ttg ini di Makassar, yg gak mungkin dicritain gamblang. Yg jelas, jgn tergiur harga hotel murah kl hasilnya kita jd gak tenang istirahat! Secara ya, kamar sebelah ajeb2 dg suara obrolan cowok - cewek cekikikan gitu..gmn bs tenang coba?! huehehe.... NOTE : bukan di Angin Mamiri, tp satu hotel 'aneh' lg yg kami inapi sekembalinya dr survey Toraja).


Pagi harinya, kami survey Kendari...tentu saja dr lokasi yg jauh dulu...
Emm...nama2 lokasi banak udah lupa nih, harus buka2 catetan dulu :p
Ya wis, langsung aja baca2 critanya en liat poto2naaa !!! :D


Senin, 11 Agustus 2008

CIAMIS ITU, SEBELAH MANANYA PANGANDARAN???

Denger kata Pangandaran, pastilah pantai yang terbayang. Yup! Memang itulah wisata andalan kecamatan ini. Kecamatan? Yup! (lagi) aku aja heran, ada kecamatan kok luasnya segambreng! Tapi bakal heran lagi kalau tau berapa luasnya kabupaten Ciamis (cari di google aja deeehh!) Buseeettt, dah....luas banget!:p
***
Setelah ‘rehat’ beberapa bulan dan pegang program lain, EP ku menugaskanku untuk shooting Koper & Ransel ke Pangandaran. Sebenernya udah pernah, tapi emang mau diliput lagi, sambil nambahin lokasi2 baru kalau ada. Jadi mikir, Indonesia yg luas aja, lokasi wisatanya udah berkali-kali kami liput, gimana dengan Singapore, Brunei atau Vatikan, ya?! Pusing kayanya jadi tim Kreatif di TV sana hehe...

PANTAI PANGANDARAN DAN KERAMAHAN
Dua tahun yang lalu (tepatnya 27 Juli 2006), pantai ini terkena tsunami. Bangunan hotel dan rumah di sekitar pantai pun banyak yang hancur. Makanya waktu mau balik ke lokasi ini, sempet mikir...udah pulih belom, ya... Tapi dari informasi beberapa teman dan kakak yang kebetulan berdomisili tak jauh dari sana, bisa dipastikan bahwa pantai ini sudah layak untuk dikunjungi wisatawan. Berangkaaatt!
***
Jam 6 pagi, kami berangkat dari kantor. Dengan bekal kantuk setumpuk, mudah sekali menghadirkan mimpi di sandaran mobil ELF yang melaju kuenceengg (katanya tidur, ko tau kl kenceng?). Setelah beberapa kali berhenti untuk pipis (hihi...:p) , kami tiba di gerbang pantai Pangandaran sekitar pukul 12.30 WIB. Tuh, kan bener kenceng....Cuma 6,5 jam dari Jakarta!! Itu pun pake brenti2 segala! Petugas2 di pintu masuk ramah banget! Semuanya ‘sadar’ kalau promosi itu penting! Apalagi ini juga dalam rangka menyukseskan Visit Indonesia Year 2008! Bahkan mereka memberikan rekomendasi dan izin sekaligus kalau kami ingin meliput lokasi wisata yang lain. Seeeeppp, dah!! :D

Pantai Pangandaran termasuk dalam deretan pantai selatan jawa. Ombaknya besar, pantai nya landai dan berpasir hitam. Termasuk bersih untuk ukuran lokasi wisata pantai di pulau Jawa. Di sini kita bisa berenang, main pasir, naik ATV, atau menyewa sepeda tandem untuk menyusuri pantainya. Murah kok, sekitar 15 ribu / jam sewanya. Siap2 aja disapa ramah oleh masyarakat sekitar yaa!:)

Di sepanjang jalan tepian pantai, sudah banyak penginapan yang beroperasi. Bahkan sampai masuk ke gang-gangnya pun, banyak bangunan yang ternyata juga penginapan. Ada yang modelnya petakan kaya’ kos-kosan, ada yang kaya’ rusun, ada juga yang bener2 rumah dan disewakan. Jadi kata sodaraku yang orang sana, kalau weekend atau musim liburan, penduduk sekitar memang sering menyewakan sebagian ruangan rumahnya untuk wisatawan, sementara mereka ‘bergeser’ ke dapur atau ruang belakang rumah untuk aktivitasnya. Ah, orang Indonesia....apaaaa aja bisa jadi uang! Hehehe.....

Yang hobi belanja souvenir, gak usah khawatir. Layaknya lokasi wisata, di sini juga banyak penjual cinderamata khas Pangandaran, seperti aksesoris, hiasan dinding dari kerang, baju2 pantai, dll. Selain di sepanjang jalan pantai barat, ada juga di ujung timur pantai (dekat pintu barat cagar alam Pananjung). Nah, kalau mau yang komplit, dateng aja ke Pasar Wisata nya. Nawarnya gak perlu banget2 kok, soalnya harga yang mereka tawarkan juga gak tinggi2 amat, alias sudah mendekati perkiraan kita akan harga suatu barang! (halah...bahasanyaa...). Misalnya nih, jam dinding dari pasir dan kerang 30–35 ribu dan celana kaos pendek/selutut; 15-25 ribu ajaaa (tergantung ukuran).


(Pasar Wisata Pangandaran)
Wisata pantai gak lengkap tanpa makan seafood! Untuk yang satu ini, pusatnya ada di sekitar Jl. Pasar Ikan, Pantai Timur Pangandaran. Yang terkenal banget tuh, ada RM Karya Bahari. Uenak-ueeenak seafoodnya, bisa milih ikan segarnya sendiri, pelayanannya oke, trus kalau harganya....eemm, yang tau UPM ku, aku kan tinggal makan aja hehehe.....

O-iya, ngomongin soal pantai timur, bagian ini oke juga loh! Ada sisi dimana tepi pantainya sudah di dam (bener gak nulisnya? Pokoknya diperkuat dengan batu & semen gitu deeh..), ada juga yang masih bener2 pantai pasir. Pasirnya putih lagi! Nanti bahasnya di sesi Pananjung, yah!;) Niii...foto2 Host kami waktu mau take built in product handphone...keren, ya! (Kerenan mana sama yg moto? :p)


(Joe & Andrea di Pantai Timur Pangandaran)

CAGAR ALAM PANANJUNG DAN ‘MISTERI TAK BERUJUNG’ (ciee..)

Standarnya cagar alam, yang ada ya pepohonan besar layaknya hutan! Kita bisa masuk dari beberapa pintu. Pintu barat itu yang dekat dengan pantai pangandaran. Begitu masuk gerbang, ada monyet2 yng menyambut. So, hati2 dengan barang bawaan. Kalau ada makanan yg gak pengen dibagi ke mereka, lebih baik disembunyikan saja. Jalanannya pun langsung menanjak, dan kita bisa melihat ke arah pantai dari ketinggian. Kalau lewat pintu timur, aksesnya lebih mudah. Jalanan setapaknya pun sudah dikeraskan. Ada satu lagi pintu masuk, yakni menyeberang dengan perahu ke pantai pasir putih Pananjung. Pantai pasir putih ini juga terlihat kok dari pantai pangandaran. Dan banyak pula bapak-bapak pemilik perahu yg menawarkan jasa penyeberangan.

Yang menarik di Pananjung ini adalah keberadaan goa-goa alamnya. Jumlahnya sekitar 7-9 buah. Kalau punya betis yang kuat dan semangat 45, silakan menjelajahi hutan ini dan memasuki semua goa nya!:) Waktu shooting kemaren, kami masuk dari pintu barat (karena disesuaikan dg ‘jalan cerita’ yg kubuat hehe...). Dari pintu barat ini yang terdekat adalah Goa Jepang. Goa ini lebih mirip bunker. Maklumlah, tentara Jepang memang menggunakannya sebagai tempat persembunyian. Jadi, bisa dibilang ini goa ‘setengah’ alam, menurutku!:p
Setelah melintasi pohon2 besar, kami sampai di situs Batu Kalde. Ini adalah simbol sarana ibadah umat Hindu jaman kerajaan Galuh Pangaoban dulu, yang katanya berpusat di hutan ini. Semakin masuk ke dalam, pilihan terserah anda dan pemandu (suer..sangat dianjurkan memakai jasa pemandu kalau gak mau tersesat), mau ke Goa mana. Pilihan kami, jatuh pada Goa Lanang alias Mak Lampir. Katanya, di lokasi inilah shooting film / sinetron (?) Mak Lampir pernah dilakukan, jadi wajar kalau nama alisnya adalah Goa Mak Lampir. Sementara disebut Goa Lanang, karena di dalam goa yang tembus ke sisi lain hutan ini, ada batuan yang jika diamati menyerupai sosok laki2 lengkap dengan alat kelaminnya (hohoho...). Di dalam goa juga ada stalagtit yang jika dipukul2 menimbulkan nada-nada berlainan. Kaya alat musik perkusi gitu, deh.

(Situs Batu Kalde)

(Goa Lanang)
Dengan alasan kebutuhan shooting, kami perlu cari something different di sini, gak melulu goa (karena bagaimanapun, look nya Goa ya seperti itu! Hehehe...). Akhirnya, sambil berjalan arah keluar, kami mampir di sebuah pantai, dibalik ‘rimbunnya’ goa (goa apa ya...Goa Parat kalau gak salah..hihi...), yang ternyata berpasir putih! Tapi ini bukan pantai pasir putihnya Pananjung loh, ini bagian lain dari pantai timurnya pantai Pangandaran (oh, semoga pembaca yang budiman gak bingung...). Di sini banyak banget perahu nelayan. Akhirnya, Joe Richard (host Ransel), kami daulat untuk berinteraksi membantu nelayan mendorong perahu dari laut (punten ya, Joe!:p). Seneng deh, lihat hasil tangkapan para nelayan itu. Udangnya banyak, ikannya besar2....Indonesia memang kaya!

(Pantai timur Pangandaran)
( dr dalam goa)

(Ayo dorong, Joe!!)

PANTAI BATU KARAS DAN SURFER SUPER PANAS (hohoho....)

Dibutuhkan waktu sekitar 30 menit naik mobil dari pantai Pangandaran ke pantai Batu Karas ini. Lokasi tepatnya di desa Batu Karas, Cijulang, 34 km arah barat dari Pangandaran. Karakter pantainya mirip dengan Pangandaran, cuma lebih landai dan luas. Trus, di sisi kanannya ada bukit karang yang sedikit memberikan nuansa beda. Belum lagi banyaknya mas-mas yang surfing. Wooo...pokoknya mata ini puass!!hehe.. :D Ombak di pantai Batu Karas ini memang sudah terkenal asik untuk surfing. Jadi, di tepian pantai juga banyak persewaan papan selancar dan bodyboard. Kalau mau sewa sekalian belajar surfing juga bisa. Anak pantai di sini jago2! Mau yang masih kecil atau sudah dewasa, semuanya item, eh..jago surfing maksudnya ;> Hati-hati dengan ubur-ubur ya! Kalau terkena kulit bisa gatal dan bentol2.

Di sekitar pantai ini juga banyak penginapan, meski gak sebanyak di Pangandaran. Tapi bentuk dan bangunannya oke, ko! Turis bule banyak yang menginap di sini. Satu yang terkenal adalah JavaCove Beach Hotel. Yang punya orang bule juga, tapi jago bahasa Indonesia. Kalau mau nginep di sini, baiknya reservasi jauh2 hari, soalnya jumlah kamar terbatas dan laris, bo! Telpon aja ke: 0265-7093224 atau e-mail di info@javacovehotel.com kalau lagi gak ada gangguan dengan website nya. Dari penginapan tsb, kita sudah bisa melihat pantai. Jadi tinggal jalan kaki deh! O,iya...karena room di JavaCove kebanyakan besar, jadi cocok banget buat kamu yg liburannya bareng2 temen atau keluarga.

(Pantai Batu Karas)

(Mas surfeerr, balik doong!)

(Karang di Batu Karas. Aku manaa..)

(A.a..a...a..aa..anak pantaiii...)

(Freeze, Joe! JavaCove behind)

(Nunggu sarapan di halaman hotel)

GREEN CANYON DAN RENANG NGAMBANG (hhihihi....:p)
Ini tempat paling populer kedua setelah pantai Pangandaran, menurutku. Sebenarnya, kalau mau ke Batu Karas, kita juga melewati Green Canyon ini (nama Sunda'nya Cukang Taneuh). Hijaunya air sungai Cijulang memang terlihat sejuk di mata. Wisata menyusuri sungai ini bisa kita lakukan dengan menggunakan perahu motor sewaan (ya iyalah...masa naik kebo!). Ongkos sewanya 62.500 rupiah/ perahu dan bisa ditumpangi hingga 5 orang (tidak termasuk 2 awak perahu). Kalau tiket masuk obyek, per orangnya 12.500,- aja.

Sepanjang perjalanan menyusuri sungai yang airnya berwarna hijau, kita bisa melihat ‘tebing’ sungai di kanan-kiri kita plus pepohonannya, yang entah bagaimana terasa indah dilihat. Diam-diam aku kembali kagum sama Indonesia, setiap sudut alam yg ada ternyata indah dan potensial untuk jadi obyek wisata. Plis deh, ini kan sebenarnya CUMA SUNGAI! Subhanallaah...

Setelah kurang lebih 15 menit menyusuri sungai, kita akan tiba di sebuah ‘goa’. Sebenarnya lebih tepat jika dibilang tebing bolong. Soalnya goa ini gak beratap, alias tembus ke langit atas dengan tebing tinggi di kanan-kirinya yang terus meneteskan air sehingga berasa hujan tiap hari. Lalu ada batuan (karang?) yang seolah membendung aliran sungai ini, hingga membentuk laguna. Jadi sebenarnya sungai Cijulang (Green Canyon) ini masih panjang untuk sampai ke muara (laut). Mau berenang? Sok atuh.... karena suasana dan ‘penampakan’ airnya memang menantang untuk diselami! (halah...). Ada bagian yg dangkal (hingga kita bisa melihat dasar sungai dari kejernihan ‘air hijaunya’), ada juga yang dalam. Tapi gak perlu cemas, awak perahu biasanya membawakan pelampung untuk kita pinjam. Gratis kok! Mereka malah dengan senang hati menunggu kita jika ingin berenang. Dan akhirnya, daku pun renang..dan mengambang! Hehehe...pelampungnya hebat, euy! Secara aku gk bisa renang, jd tuuakkutnya minta ampun. Eh, begitu nyebur, kok gak tenggelam :p (Hahahaha...noraxxx!!). Nanti, foto2 renangku (apa pose mengambangku, ya?) yg di kameranya mba Gamme, aku upload juga deh, pamerrr...hihi...

(Goa di Green Canyon)

(laguna hijau di Green Canyon)