Minggu, 28 April 2013

Ada 'Irlandia' Di Lembah Rinjani (Part 2)


Haloooww....

Hampir setahun yang lalu aku ke Lembah Rinjani bersama tim Nature Life. Setahun kemudian aku ke sana lagi bareng tim Ala Chef. Masih dengan kekaguman yang sama, tulisan ini semacam 'sekuel' dari tulisan sebelumnya ini hehehe.... Lembah Rinjani tetap mempesona, tetap indah, tetap my 'Irlandia' :D
Rinjani pagi 2
It's one photo, not two :)
It's one photo, not two :)
Kemarin ke Lembah Rinjani, masih transisi musim, dari hujan ke kemarau. Jadi masih sering berawan dan hujan siang harinya.

Yang nggak pernah bosan aku lihatin itu bunga-bunga warna kuning yang ada di mana-mana. Bunga Bulan, mirip Bunga Matahari tapi menghadap ke atas dan ada banyak bunga dalam satu pohon.
Bunga Bulan
Bunga Bulan

Karena dikelilingi gunung dan udaranya sejuk, daerah Sembalun ini tanaman sayurannya subur. Kebun-kebun di kaki gunung bikin betah pandangan. Kalau petaninya mungkin bosen, ya..tiap hari lihat hehe...
Farah di kebun kol
Farah di kebun kol
Kebun di kaki gunung 2
Gunung yang terlihat berlipat-lipat dan berlumut itu namanya Gunung Pergasingan. Sebenarnya tanaman di gunung yang seperti lumut itu, tinggi-tinggi loh, pemirsa...tapi karena jauh, jadi kaya lumut, ya :)

Kemanapun shooting, selama di desa Sembalun, Gunung Pergasingan ini seperti 'mengikuti'. Cuma jadi pindah-pindah arah aja, kadang di kanan kita, kadang di kiri, kadang di depan....saking gedenya hehe... 

Daaan udara di kaki gunung ini sejuk banget! Cenderung dingin, malah. Sampe2 Farah selimutan sambil nunggu take :)
Selimutan saat menunggu 'action'! :)
Selimutan saat menunggu 'action'! :)
Di sawah ini kami mau shooting pengambilan ikan Papait dan Tomot dengan menggunakan kodong (sejenis bumbung dari bambu). Ikan-ikan tersebut nantinya akan dimasak dengan bumbu dan cara khas Lombok, yaitu Siong Pedis. Uniknya, ikan-ikan yang masih segar itu, setelah dicuci, disiram langsung dengan bumbu super pedas dan super asam, jadi ikannya pada lompat-lompat di baskom, sampe mati dengan sendirinya, trus dimasak. Kacian... :/
Kodong
Kodong
Siong Pedis (karena sangat pedas dan asam, menu ini tahan 15 hari dan sering dibawa untuk bekal naik haji)
Siong Pedis (karena sangat pedas dan asam, menu ini tahan 15 hari dan sering dibawa untuk bekal naik haji)
Selain kol, wortel, ikan-ikan kecil, desa Sembalun juga penghasil bawang dan tomat. Untuk tomat, kalau sedang berlimpah, harganya bisa anjlok sampai 100 rupiah per kilogram, loh!!! Makanya, beberapa orang mengolah tomat-tomat tersebut menjadi manisan tomat.
Manisan Tomat
Manisan Tomat
Buat yang senang hunting kain tradisional, ibu-ibu desa Sembalun juga ada yang membuat kain tenun secara tradisional. Farah dan Abel (creative-ku) beli pasmina mereka, 200 ribu aja. Handmade! Kece! :)
Ibu-ibu Penenun kain tradisional
Ibu-ibu Penenun kain tradisional
Pokoknya kalau shooting outdoor yang membutuhkan background alam indah, Sembalun ini surganya! hehe... Bisa bolak-balik blockingan, udah dapet angle beda, dan dijamin indah. Bahkan di hotel Lembah Rinjani tempat kami menginap, cuma di halamannya, udah terlihat gunung-gunung cantik itu.
Safitri & Pipit prepare untuk shooting masak
Safitri & Pipit prepare untuk shooting masak
Ini juga di halaman hotel, angle shotnya 'dibalik' dari meja masak tadi
Ini juga di halaman hotel, angle shotnya 'dibalik' dari meja masak tadi

Oiya, kamar yang dulu aku tempati, sekarang sudah dilengkapi dengan air panas. Jadi nggak males mandi lagi kalau nginep di sini. Dingin, cyiin! Hehehe...
5 kamar dengan air panas
5 kamar dengan air panas

Lembah Rinjani, desa Sembalun, Lombok Timur....one of my favorite place. Coba kalau rumah-rumah di sepanjang jalan desa mereka di atur kaya white village di Andalucia, pasti keren banget. Di negara kita ini, yang jadi masalah biasanya soal kebersihan dan kerapihan. Semoga kedepannya Sembalun tetap dan tambah cantik! See u when i see u... :)

ibu2 lokal 2

Sabtu, 02 Februari 2013

WARUNG YS 'SIDO SEMI' KOTA GEDE


Kalau kalian ke Kota Gede, Yogyakarta, trus bosen belanja silver atau jajan kue Kipo, coba jajan es serut di warung YS 'Sido Semi' ini deh. Yang paling hits di sini sih, menu es kacang hijaunya; kacang hijau + ketan putih + cincau hitam + air gula jawa + santan + es serut, yummiiii!! :))


Warung ini nggak cuma jual aneka es, tapi juga bakso. Es yang mereka jual juga bukan es 'modern', tapi es setrup (sirup), dawet, limun...pokoknya es-es terkenal jaman dulu lah! hehe... Mesin serut es nya juga jadul, yang diputer kaya mesin jahit itu looh... 



Yang jualan juga bukan mbok Mul lagi, melainkan keturunan beliau, namun beberapa 'atribut' warung masih dipertahankan kejadulannya, seperti daftar harga yang masih memakai ejaan lama dan nominal satu-dua rupiah :))


Kemarin shooting di sana, aku nggak sempet nyicipiiiinnn...huwaaa...huwaaaa...bisa bisanyaaaa!!! *merutuki diri*. Nantilah aku mampir lagi.. Eh, kalau kalian mau ke sana, cuzz ke jalan Canteng, Kota Gede. Bungkusin satu buatku yaaa! ;p


TOKO 'DJOEN' di MALIOBORO

Diantara deretan toko di sepanjang jalan Malioboro, ada satu toko kue 'kuno' yang mungkin lepas dari perhatian banyak orang.... Namanya toko 'Djoen'.

Toko ini menjual aneka kue dan roti yang sudah sangat umum kita kenal, seperti roti pisang, roti buaya, kue bagel, kue sus, dll, bukan cake dengan aneka hiasan ala kue-kue jaman sekarang. Begitu sampai di depan toko, deretan roti tawar besar-besar sudah pasti menarik mata. Apalagi kalau masuk ke tokonya, aroma harum roti-roti ini bikin laper!


Beruntungnya, kemarin boleh lihat dapur mereka. Dapurnya ada di belakang toko...melewati beberapa ruangan, berliku, dan sampailah di ruangan mirip 'gudang'. Meskipun sedang tidak beroperasi, tapi dapurnya bener2 bikin takjub! Peralatannya besar2 dan terlihat sudah tua sekali. Loyang2 dari besi yang sudah hitam dimakan usia, oven tua yang kaya perapian rumah2 di eropa, juga mixer bowl super besar yang pasti umurnya sudah lebih dari umurku! Aku jadi mbayangin cerita 'Madre' di bukunya Dee; toko roti - milik orang cina - turun temurun - peralatan tua - aroma kue menggugah selera...



Si empunya baiiiik banget. Kami mau beli rotinya, eh malah dibawain banyak banget. Farah aja sampe nggak enak hati hehe... Trus dia foto2 di depan oven tua, dan bilang kalau mau promoin di twitternya. Wow! :)

Well, kalau kalian ke Malioboro, silakan mampir. Toko ini ada di kiri jalan kalau dari arah stasiun Tugu. Tepatnya di utaranya Ramayana, seberangnya Istana Busana. Weisss...nggak mungkin nggak ketemu dah!:p

Sabtu, 17 November 2012

LIBURAN KE BALI SAMA IBU :)


Untuk pertama kalinya aku mengajak ibuku liburan jauh, ke Bali. Itu juga menjadi kali pertama beliau menginjakkan kakinya di Pulau Dewata. Kalau anaknya ini sih, udah berkali-kali. Bahkan tahun ini aku 6x trip ke Bali...*sombooong :p* Ya liburan, ya kerjaan.  Ada apa sih, dengan Bali? :p

Persiapannya sedikit butuh konsentrasi karena ini bukan liburan biasa yang sering aku lakukan sama teman-teman. So, 1,5 bulan sebelumnya semua aku persiapkan. Pertama, tentu aja waktu liburan. Tadinya mau akhir Desember, tapi karena takut crowded, hujan, dan peak season pula, maka liburannya aku majuin ke bulan Oktober.

Ibuku tinggal di Jogja, jadi aku harus jemput beliau di sana. Makanya aku ngambil cuti lebih lama di libur Idul Adha. Sekalian mudik lebaran haji, lanjut pergi ke Bali ;)

Tanggal sudah mantep, waktunya cari tiket pesawat dan hotel. Karena ada long weekend di sekitar Idul Adha itu, harga tiket lumayan mahal. Tapi untunglah, berkah melek sampe pagi, dapet tiket Garuda pp 2 juta aja untuk berdua, Jogja-Bali :)

Nah, yang nggak kalah penting adalah soal hotel. Meskipun ada sodara di Bali, tapi tetep lebih nyaman kalau nginepnya di hotel, soalnya kan mau liburan…
Karena sama ibu, ada banyak pertimbangan ketika aku milih hotel. Ibuku umurnya udah 63th. Jalannya pun sudah tidak seenergik dulu, so aku harus cari hotel yang nggak nyusahin, misalnya nggak harus naik tangga ke kamar, bukan yang banyak tamu-tamu mabok atau yang bising dengan musik klub malam. Dan kalau aku pengen keluar malem sendiri, sekitarnya rame juga aman hehehe…. (tapi nyatanya tiap malam tepar hihihi..).
Pilihanku jatuh ke Best Western Resort Kuta. Per-malamnya sekitar 500 ribu. Pengalaman nginep di jaringannya Best Western sih, nggak pernah mengecewakan. So, I chose them. Ada lift, kamarnya nyaman, menu sarapannya banyak pilihan (termasuk menu Indonesia, karena ibuku gak suka makanan barat :p), dan lokasinya tenang. Best Western yang ini deket sama bandara Ngurah Rai, paling cuma 10 menit. Aku juga dapat fasilitas dari hotel, penjemputan gratis di bandara. 
Standard room - double bed
Pesan tiket pesawat dan hotel, done. Tinggal menyusun itinerary lokasi yang ingin dikunjungi nanti. Well, sekali lagi karena ini liburan sama ibu, dan ibuku sudah sepuh, makanya lokasi wisata yang dituju harus mudah diakses, selain menarik tentunya..
Tapi lokasi gampanglah, selain karena udah lumayan hapal dengan lokasi-lokasi di Bali, ada banyak teman yang bisa ditanya nanti kalau sampai mentok ide ;) #uhuk!

Hari pertama, kami istirahat di hotel saja. Soalnya sampai Bali emang udah malem. Dari Jogja jam 4 sore, sampai Bali jam 6 lewat. Makan malam di hotel, trus istirahat di kamar deh. Biar ibuku nggak kaget, kalau harus langsung jalan.

Paginya, sarapan di hotel dengan view kolam renang. Hufft…ini yang selalu aku sesali, kenapaaaa nggak bisa berenang. Jadi cuma ngeliatin airnya aja deh… :/ 
Kolam renang hotel & tempat sarapan
Pak Wayan, driver rental yang sering jadi langganan kantorku kalau ada shooting di Bali, sudah standby jam 8.30 di lobi. Destinasi pertama kami adalah rumah saudara yang ada di Denpasar. Ini udah direncanain sih, selain liburan, pengen jenguk sepupu yang baru punya anak kecil. Biar ‘rame’ perjalanannya, kuajak aja sekalian sepupuku itu dan anaknya untuk jalan-jalan ke Kintamani! :D
Banyak penjor di sepanjang jalan...
Perjalanan ke Kintamani hampir 3 jam. Bawa mobilnya emang santai sih, sekaligus ngasih lihat ke ibuku pemandangan Bali. She’s happy. Katanya, Bali baguuus sekali :). Sampai Kintamani, foto-foto sebentar dengan latar belakang gunung Batur dan danaunya. Karena masih musim kemarau, tanah sekitarnya gersang sekali. Rumputnya aja coklat semua karena terbakar. Empat tahun yang lalu ke lokasi ini, suasananya hijau karena musim hujan. Bagus kaya’ di Irlandia… sama pacar pula… #eaaaa :p
Eh, tapi pemandangan di Kintamani ini ‘fotoable’ menurutku. Perpaduan tanah dan batu gunung yang hitam dengan pohon-pohon yang kering kerontang, itu dramatis! :p
Katanya banyak yang suka foto pre-wed di sini.
Noni - ibuku - aku di Kintamani
Gersangnya Kintamani...
Gunung & Danau Batur di Kintamani
Puas foto-foto, kami makan di restoran dekat danau Batur. Harganya lumayan mahal, namanya juga di areal wisata. Rasanya sih, enak…tapi lalatnya itu loh. Ternyata emang di sini, lalat banyak banget karena dekat dengan danau dan keramba-keramba ikan. Meskipun udah nyalain lilin, tetep aja kami makan sambil kibas-kibas tangan :p
View tempat makan di Kintamani, danau dan keramba...
Dari Kintamani, kami menuju ke desa wisata Penglipuran. Ini desa yang dari dulu pengen banget aku lihat. Beneran bagus, loh! Rapi. Bersih. Tiket masuk ke desa ini 7.500 / orang. Dari lokasi parkir nggak jauh kok masuk ke deretan rumah-rumah Bali ini. Kamu bisa milih jalan ke kiri atau ke kanan dulu. Kalau ke kanan, ada Pura Penataran di ujung desa. Kalau mau masuk ke dalam pura, kita bisa menyewa kain yang disediakan penduduk di dekat pura. 
Desa Penglipuran dengan ujung Pura Penataran
Pura Penataran, Desa Penglipuran
Penduduk desa Penglipuran ramah-ramah. Mereka juga sudah mahfum dengan keberadaan wisatawan, jadi nggak aneh lagi kalau ada yang melihat-lihat rumah mereka. Bahkan mereka menawari pengunjung untuk masuk dan melihat ke dalam rumah. Ini juga cara masyarakat Bali memperkenalkan budaya ‘rumah Bali’ mereka yang terdiri dari beberapa bangunan dalam satu areal rumah. Nice :)
Ibuku nggak henti-hentinya memuji desa ini. Soalnya emang bersih dan rapi. Kalau aku suka perpaduan rumput hijau dan jalanan batunya :D
Ds. Penglipuran (sisi kiri, yg ujungnya bukan Pura)
Rumah di desa Penglipuran (tampak dekat)
Di depan tiap rumah ada tempat sampah ini
Hari sudah sore. Sambil jalan pulang ke hotel, kami mampir ke mal baru di kawasan Kuta, namanya Kuta Beachwalk. Persis di depan pantai Kuta. Mal-nya besar dan bagus sih, cuma belum semua tokonya terisi/buka. Konsepnya semi outdoor. Di lantai paling atas mal juga ada taman untuk duduk-duduk dan melihat ke pantai. Cocok nih, buat kamu yang mau menunggu sunset pantai Kuta, tapi pengen belanja juga! ;p
Jalanan depan Kuta Beachwalk - depan pantai Kuta
Kuta Beachwalk
Areal dalam Kuta Beachwalk
Areal dalam Beachwalk yang semi outdoor
Taman di rooftop Beachwalk

Plesiran hari pertama, done! Nggak boleh capek-capek kalau liburan sama orang tua, ya... :))

Hari kedua, tujuan kami adalah Ubud. Ini sebenarnya juga karena aku sudah ada janji sama Tjok De dan temen di Bali Pulina sih, hehehe… Tapi ibuku seneng-seneng aja kok. Pasrah mau dibawa kemana sama anaknya…hehehe.
Berangkat dari hotel jam 9, sampai di Bali Pulina (daerah Tegallalang) hampir jam 11. Lokasinya ini nggak jauh dari rice terrace Ubud yang terkenal itu, loh. Aku udah dua kali shooting di Bali Pulina, jadi udah kenal baik sama yang punya, dan mereka ramah sekali...:) Pak Made, yang pernah shooting sama Tjok Gde, orangnya humble banget. Bli Nyoman, anaknya, yang punya tempat ini juga baik. Apalagi mba Koming yang mengelola di sini, ramah sekali. Nanti aku cerita khusus soal Bali Pulina, deh...soalnya banyak fotonya ;p
Aneka minuman di Bali Pulina
Kami disuguhi aneka macam minuman di gelas kecil-kecil yang ditaruh di atas ruas bambu. Ada kopi, teh, coklat, kopi jahe, dll. Kalau kamu ke sini juga bakal disuguhi minuman seperti ini, gratis! Tapi kalau kamu mau minum yang kopi luwak, baru bayar…hehe. Di sini emang pengunjung bisa melihat cara pengolahan kopi luwak, mulai dari penjemuran hingga penumbukan. Bahkan kalau mau lihat Luwaknya juga ada, loh! Asik deh, kongkow-kongkow minum kopi sambil lihat pemandangan terbuka gini…

Salah satu gazebo di Bali Pulina
View kalau ngupi-ngupi di Bali Pulina :)

Dari Bali Pulina ke rumahnya Tjok Gde nggak jauh. Tjok De udah nunggu sama bli Sedane. Dan aku disuguhi minuman Temulawak. Pahiiiitt!!  Akhirnya yang minum ibuku aja. Tjokde malah ngetawain aku! >.<
Minuman Temulawak
Ibuku & Tjokde
Nah, udah di Ubud, nggak asik kalau nggak nyobain Ayam Kadewatan. Makanya aku ajak ibuku ke warung Bu Mangku dan nyicipin nasi ayam campur Kadewatan yang tersohor itu :p
Pedes cyiiin! Hahahaa…
Nasi ayam campur Kadewatan
Next destination adalah Uluwatu. Berarti harus turun ke bawah (kalau lihat peta). Aku pengen lihat pertunjukan tari Kecak. Karena waktu masih longgar, Pak Wayan ngajak jalan-jalan ke beberapa resort keren di sekitar Uluwatu yang punya pemandangan bagus. Wuiiih….jadi pengen buru-buru hanimun, nih! :p

Pertunjukan Tari Kecak dimulai pukul 18.00 – 19.00 WITA. Satu jam sebelumnya loket tiket pertunjukan baru dibuka. Kami sampai lokasi jam setengah lima. Beli tiket masuk kawasan wisata Uluwatu, 15.000/orang. Itu untuk domestik ya… kalau wisman lebih mahal. Sambil nunggu tiket pertunjukan dijual, foto-foto dong pastinyaaaa ;)
Oiya, sebelum masuk kawasan, semua pengunjung wajib mengenakan selendang kecil dililit di pinggang. Kalau yang pakai celana pendek, harus mengenakan kain lebih dulu. Semua kain dan selendang itu dipinjamkan gratis, sudah termasuk di tiket masuk sepertinya.
Uluwatu
Akhirnya,jam 5 tepat, tiket pertunjukan Kecak dibuka. Langsung deh pada ngerubutin petugasnya. Soalnya kalau dapat tiket cepat, bisa segera masuk areal pertunjukan dan memilih tempat duduk yang posisinya kece. Aku ambil posisi duduk yang bisa menghadap tebing Pura Uluwatu dan laut lepas, supaya dapet sunset-nya. Sayang, kameraku rusak….jadi semua foto di sini diambil pakai BB dan ipod aja :(
Harga tiket pertunjukan Kecak, 75.000/orang (domestik). Seperti yang udah pernah aku tweet, pertunjukan ini ‘spektakuler’ nilai ekonomisnya. Dari hitung-hitungan kasarku, sekali pertunjukan yang rata-rata dilihat 1000 orang itu, pemasukannya bisa 100 juta. Setiap hari pertunjukan ini digelar. ‘Kemasan’ telah membuat seni ini bernilai jual tinggi. Tari Kecaknya cukup menghibur, ditambah lokasi outdoor yang menawarkan keindahan sunset Uluwatu, nyatanya bisa sukses menggaet penonton. Jarang ada seni pertunjukan tradisional yang diapresiasi begitu tinggi seperti ini. Harusnya sih, bisa jadi contoh dan inspirasi daerah-daerah lain yang ingin seni tradisionalnya terangkat, populer, dan dihargai tinggi.
Pertunjukan Tari Kecak di Uluwatu
Sunset mulai turun....
Penonton yang kebanyakan wisman
Selesai nonton Kecak, hari sudah malam, waktunya makaaaan! :)) Ibuku suka seafood, jadi kuajak beliau makan di Jimbaran. Makan di tepi pantai, menikmati debur ombak dan tarian (lagi), bikin lapernya makin menjadi hehe.. Di sini kamu bisa memilih sendiri ikan, udang, cumi, atau seafood yang lain, plus mau dimasak apa. Harganya dihitung per-kilo. Lumayan sih, tapi worth it untuk rasa dan suasananya kok. Apalagi kalau makannya rombongan, malah bisa lebih murah menurutku.
Dinner on the beach
Makan di sepanjang pantai Jimbaran
Puas makan, langsung kami balik hotel, tiduuur! :p

Hari terakhir di Bali.
Pak Wayan sengaja aku minta datang agak siangan, karena aku harus packing dulu, biar nggak bolak-balik hotel. Jam 10 kami ckeck out, langsung ke toko-toko di sepanjang jalan Legian, karena mau nyari sandal jepit hitam titipan si bos! :p
Setelah dapat, berikutnya nyari oleh-oleh. Oh, aku sempet ke beberapa lokasi untuk coba benerin kamera Canon G11 ku, tapi ternyata pada nggak bisa euy! Malah bilangnya harus dikirim ke Jakarta. Ya mendingan aku bawa sendiri to ya…
Nyari oleh-oleh yang komplit, one stop shopping ya di Kresna. Hemat waktu, apalagi aku orangnya nggak bisa nawar barang. Sebenarnya akan lebih asik kalau belanja di Sukowati atau pasar-pasar tradisional yang lain, tapi ya itu… waktu dan tenaganya yang nggak ada. Plus males juga sih hehehe…

Kelar beli oleh-oleh jam 1, kami langsung ke bandara. Pesawat kami jam 3, jadi biar agak santai di bandara. Apalagi jarak drop out penumpang ke tempat check in di Ngurah Rai itu jauh sodara-sodara! Mungkin kalau nanti bandaranya selesai dibangun, bisa lebih deket aksesnya. Sempet makan soto dulu, Alhamdulillah pesawatnya juga tepat waktu. Ibuku kutanya, katanya puas, seneng. Alhamdulillah….
Pokoknya kalau liburan bareng orang tua, harus santai. Jangan buru-buru di tiap lokasi yang didatangi. Cari yang aksesnya mudah juga, nggak terlalu jauh dari parkiran atau menanjak, misalnya. Jangan kebanyakan jalan. Usahakan ada tempat-tempat yang bisa buat duduk sejenak. Makanya di liburan kali ini aku cuma mendatangi sedikit lokasi, ya karena pertimbangan itu semua tadi. Kalau sama teman2, pasti udah dari ujung ke ujung deh, didatengin! hehehe...

Bye Bali, see u when I see u! ;)