Sedihnya..., Palangkaraya harus jadi episode terakhir buatku di Koper & Ransel. Waktu 6 bulan ternyata gak cukup bikin puas hati menikmati Indonesiaku. Hiks..hiks...mudah2an nantinya dapet program jalan2 lagi!hehehe...
Lokasinya sekitar 500 m dari Jembatan Kahayan. Jadi kalau dari pusat kota, paling 10 menit aja. Asik banget tempatnya! Adem! Karena emang dulunya wilayah ini adalah hutan tepi sungai, jadi masih ada pohon-pohon besar sebagai pelindung dari terik matahari.
DORONG SOUVENIR DI JALAN BATAM!
Jogja punya Malioboro, Bali punya Pasar Seni Sukowati, Balikpapan punya Pasar Inpres Kebun Sayur, dan Makasar punya jalan Somba Opu untuk pusat oleh-oleh khas dan barang-barang kerajinan. Nah, kalau di Palangkaraya, semua itu ada di Jalan Batam. Di sini ada dereten toko-toko souvenir. Jadi yang mau cari cinderamata miniatur kapal dari getah Nyatu, Mandau, aksesoris batu-batuan (termasuk batu kecubung yang jadi andalan) atau manik-manik yang dibuat menjadi aneka barang (kalung, dompet, tas, gantungan kunci, dll), silakan mampir kesini. Soal harga, variatif lah....standarnya sebuah pusat oleh-oleh, ya ada yang murah-ada yang mahal...yang pasti bisa ditawar!! hehe... Kalau mau, cek dulu ke beberapa toko untuk memperkirakan harga pastinya, supaya gak nyesel kalau beli banyak buat oleh2. Selisih seribu per-item lumayan kan?!:p Eh, iya ada Kerupuk amplang juga loh!;>
DANAU TAHAI
Waktu tempuh ke danau ini sekitar 30 menit. Letaknya berdekatan dengan arboretum Nyaru Menteng. Arboretum Nyaru Menteng sendiri adalah kawasan hutan buatan yang sayangnya sudah gak terawat, menurutku. Kalaupun ada hal menarik di sana adalah adanya tempat rehabilitasi Orangutan. Tapi, ini bukan lokasi wisata. Jadi jangan harap bisa masuk kesana dan bermain-main dengan orangutan. Harus ada surat2 izin resmi dari kantor BOS pusat dan hasil cek kesehatan diri. Tapi kalau kekeuh mau liat orangutan juga, mereka menyediakan pusat informasi, dimana kita bisa melihat beberapa orangutan dari balik kaca di dalam bangunan rumah dekat kandang orangutan tsb.
Setelah 'tidak berhasil' melihat Orangutan yang direhabilitasi di Nyaru Menteng, aku n tim dapet kesempatan mengunjungi pusat rehabilitasi Owa-Owa milik Kalaweit Care Center (Kalaweit = Owa-Owa-dlm bhs Dayak).
Pak Chanee, Pendiri sekaligus Direktur yayasan ini, dengan baik hati menawarkan speedboatnya untuk perjalanan kami, tim Koper&Ransel ke Pulau Hampapak. Tapi, karena kecil, kami memilih menyewa speedboat yang lebih besar agar semua kru bisa ikut. Sebenarnya, Pulau Hampapak dan rehabilitasi Owa-Owa nya ini juga bukan obyek wisata. Tapi karena kami ingin mendukung pelestarian satwa yang dilindungi juga, Pak Chanee mengizinkan kami meliput Owa-owa ini dengan beberapa syarat yang harus dipatuhi saat di lokasi nanti.
Speedboat mulai meninggalkan dermaga Pol.Air di jalan Kalimantan, dan mulai menyusuri sungai Kahayan. Semakin jauh, semakin indah saja pemandangan sekitar sungai yang bisa kita lihat. Apalagi ada rambu-rambu lalu lintas perahu di tepi sungai, yang menurutku unik plus lucu! hehe...
Air sungai kahayan yang coklat keruh, segera berganti coklat teh ketika akan memasuki sungai Rungan. Transisi warna dua air ini jelas terlihat dan unik banget!!
Hampir 30 menit di atas speedboat, kami pun segera memasuki kawasan Danau Hampapak. Welcome to Kalaweit Care Center!
Begitu speedboat menepi, suara Owa-Owa langsung terdengar. Tapi, yang pertama kali kami jumpai adalah kandang Beruk. Kandang Owa-owa ada di dalam hutan pulau ini, kata Pak Chanee. Kami pun segera menuju 'kantor' Kalaweit di sini, dan mengenakan masker penutup hidung-mulut, agar tidak saling menularkan penyakit dengan Owa-Owa di sini. Penelusuran hutan pun dimulai....
Owa-owa yang ada di sini, jumlahnya 170 ekor. Mereka diperoleh dari hasil sitaan negara terhadap masyarakat yang semula memeliharanya dan ada juga yang diserahkan secara sukarela oleh warga. Mirisnya, di sini ada Owa-Owa yang didapat dari 'reruntuhan' hutan yang dibakar liar, sehingga kondisi fisiknya cacat.
Owa-Owa ini hewan monogamis. Ia akan kawin sekali sampai mati! Kalau pasangannya mati duluan, pasangan yang hidup akan depresi dan tak berapa lama juga akan mati. Makanya, mereka tidak beranak-pinak banyak. Jadinya langka deh! Apalagi kalau dipelihara manusia, usia mereka bisa lebih singkat, sekitar 7 tahun saja. Padahal kalau di hutan bebas, mereka bisa hidup sampai 30 tahun! Di hutan, mereka tidak pernah menginjak tanah. Hidupnya selalu bergelantungan dari pohon ke pohon. Karena itu, kalau pohon2 di hutan pada ditebangin, dimana lagi mereka akan hidup??? hiks...
So, jangan pelihara hewan2 yang dilindungi di rumah ya! Biarkan mereka bebas di alamnya :)
Ternyata, sudah banyak juga yang berkunjung ke pulau ini. Biasanya sih dari kalangan wartawan atau pun mahasiswa yang tengah melakukan penelitian. Kontak dengan manusia memang diminimalisir, agar proses rehabilitasi Owa-Owa ini berjalan cepat. Namun, keterlibatan manusia masih diperlukan, setidaknya untuk membuat mereka survive dulu.
Thanks buat Pak Chanee en staff yang super ramah!:)
FYI, Pak Chanee ini orang Perancis yang sejak umur 18 tahun sudah ke Indonesia, demi cita2nya menyelamatkan Owa-Owa dari kepunahan.
Can we do the same thing for our lovely country??
(Jakarta, 14 Desember 2007)
2 komentar:
gue seneng bgt nemu blog anda ini..!
blog nya 'gue banget' deh.coz byk info n foto ttg perjalanannya.
palagi pas baca ttg wisata n alam kalteng ini, jd pengen ke palangka raya lg.dl gue pernah bbrapa kali kesono, tp gak mampir ke nyaru menteng, danau tahai n bukit batu.:(
sempatnya cuman ke kum kum, bundaran besar, jembatan kahayan n Palma nya.liat jg ya blog gue.byk info n foto ttg perjalanan gue di kalsel n kalteng.keep blogging ya...!
salam kenal dr banjarmasin
oia, nama blog nya lupa nulis.
kalimantanku.blogspot.com
Posting Komentar