LAST EDITION IN PALANGKARAYA
Sedihnya..., Palangkaraya harus jadi episode terakhir buatku di Koper & Ransel. Waktu 6 bulan ternyata gak cukup bikin puas hati menikmati Indonesiaku. Hiks..hiks...mudah2an nantinya dapet program jalan2 lagi!hehehe...PALANGKARAYA KOTA CANTIK
Gak begitu paham juga kenapa kota ini dapet julukan sebagai Kota Cantik, tapi positif thinking aja bahwa nama itu adalah do'a!hehehe....Mungkin karena tata kotanya bagus dan jalanan di kota ini lebar-lebar serta bersih. Tapi kalau untuk cuaca, dijamin puanass!! Makanya, bawa sunblock, topi atau payung sekalian!:)
SUNGAI & JEMBATAN KAHAYANSungai ini melintasi kota Palangkaraya. Lebar banget! Sesuai karakter sungai-sungai di Kalimantan. Warna airnya coklat keruh. Katanya, itu karena ada erosi yang disebabkan oleh penebangan hutan yang dijadikan perkebunan sawit. Tapi biarpun warnanya coklat, menurutku sungai Kahayan termasuk bersih...bebas dari sampah-sampah, yang biasanya ada di sungai-sungai Jakarta!:p Sungai ini menjadi jalur transportasi juga. Perahu dayung maupun bermesin lalu lalang di sini. Ada juga rumah-rumah terapung (lanting) yang dihuni oleh masyarakat sekitar. Semua ini bisa juga kita lihat dari atas jembatan Kahayan. Oh, iya..balik lagi soal rumah terapung, Joe, Host kami bilang gini; "Enak, ya kalau punya rumah terapung. Kalaupun hujan deras gak bakal kebanjiran, karena pasti ikutan terangkat rumahnya. Nanti tinggal mengabarkan posisi aja... ada di ketinggian berapa meter di atas air! hehehe"
TAMAN WISATA KUMKUMLokasinya sekitar 500 m dari Jembatan Kahayan. Jadi kalau dari pusat kota, paling 10 menit aja. Asik banget tempatnya! Adem! Karena emang dulunya wilayah ini adalah hutan tepi sungai, jadi masih ada pohon-pohon besar sebagai pelindung dari terik matahari. Tiket masuk ke lokasi ini RP 2000,- / orang. Di dalam ada pondok-pondok semi terbuka yang bisa disewa untuk tempat makan. Biaya sewanya Rp 6.000,- / 2 jam pertama, selanjutnya Rp 3.000,- / jam untuk weekdays. Sedangkan kalau weekend atau hari libur, sewanya Rp 15.000,- / 2 jam pertama dan selanjutnya Rp 7.000,- / jam. Maklum, kalau hari libur atau weekend, lokasi ini ramai dikunjungi. Biasanya sih, keluarga..karena di sini ada arena bermain untuk anak dan beberapa koleksi hewan. Tapi kalau gak mau makan di pondokan2 juga gak apa2 ko, karena ada banyak deretan meja dan bangku panjang yang siap digunakan. Jalanan dari kayu ulin yang dibuat panggung, semakin mempercantik lokasi ini. Sungai Kahayan jelas banget dari sini, karena memang Taman Wisata Kumkum benar-benar ada di tepinya. Lalu-lalang perahu sudah pasti terlihat dan jadi pemandangan yang lumayan bisa menyegarkan mata-mata yang ngantuk karena hembusan sepoi angin hutan...:)
Akhirnya, makanan yang ditunggu datang juga! Jadi, kalau mau pesen ikan Patin bakar (laut atau pun sungai....mahalan yg Patin sungai ding), harus dari awal dateng! Karena masaknya lama bo! Katanya sih, karena ikan ini banyak punya lemak, jadi harus benar-benar 'dihabiskan' dengan cara dibakar seeeemateng-matengya! Pasangannya adalah sambel mangga. Rasanya sedikit kecut (ya iyalah..). Trus, yang khas Kalteng adalah Sup rotan muda. Ada juga sup umbut kelapa. Kedua makanan ini rasanya segar manis!(kaya yg nulis;>). Pokoknya, satu paket makan siang seperti ini, ditambah air mineral dan buah, adalah sekitar Rp 30.000,- . Buat yang gak minat sama makanan2 di atas, jangan putus asa karena ada banyak pilihan menu di sini.
DORONG SOUVENIR DI JALAN BATAM!
Jogja punya Malioboro, Bali punya Pasar Seni Sukowati, Balikpapan punya Pasar Inpres Kebun Sayur, dan Makasar punya jalan Somba Opu untuk pusat oleh-oleh khas dan barang-barang kerajinan. Nah, kalau di Palangkaraya, semua itu ada di Jalan Batam. Di sini ada dereten toko-toko souvenir. Jadi yang mau cari cinderamata miniatur kapal dari getah Nyatu, Mandau, aksesoris batu-batuan (termasuk batu kecubung yang jadi andalan) atau manik-manik yang dibuat menjadi aneka barang (kalung, dompet, tas, gantungan kunci, dll), silakan mampir kesini. Soal harga, variatif lah....standarnya sebuah pusat oleh-oleh, ya ada yang murah-ada yang mahal...yang pasti bisa ditawar!! hehe... Kalau mau, cek dulu ke beberapa toko untuk memperkirakan harga pastinya, supaya gak nyesel kalau beli banyak buat oleh2. Selisih seribu per-item lumayan kan?!:p Eh, iya ada Kerupuk amplang juga loh!;>
DANAU TAHAI
Waktu tempuh ke danau ini sekitar 30 menit. Letaknya berdekatan dengan arboretum Nyaru Menteng. Arboretum Nyaru Menteng sendiri adalah kawasan hutan buatan yang sayangnya sudah gak terawat, menurutku. Kalaupun ada hal menarik di sana adalah adanya tempat rehabilitasi Orangutan. Tapi, ini bukan lokasi wisata. Jadi jangan harap bisa masuk kesana dan bermain-main dengan orangutan. Harus ada surat2 izin resmi dari kantor BOS pusat dan hasil cek kesehatan diri. Tapi kalau kekeuh mau liat orangutan juga, mereka menyediakan pusat informasi, dimana kita bisa melihat beberapa orangutan dari balik kaca di dalam bangunan rumah dekat kandang orangutan tsb.
Balik lagi ke danau Tahai. Danau ini kalau dilihat lama-lama....bagus juga!hehe....
Yang bikin bagus, ya jembatan2 kayu dan pohon2 bakau di danau ini. Alami banget! Pantesan banyak yang pacaran di sini. hehehe....
Air danau Tahai warnanya coklat pekat, kaya air teh kental, yang disebabkan oleh akar pepohonan bakau. Disini ada persewaan perahu bebek dan perahu kayu, per-jam nya sekitar Rp 10.000,- saja. Trus ada juga rumah2 terapung, yang katanya itu adalah vila2 yg bisa disewakan. Kalau aku sih, gak tertarik. Selain banyak nyamuk, kondisi itu villa ko meragukan ya?!:p
BUKIT BATU
Awas, jangan sampai salah lokasi, tiga tempat ini berbeda meskipun berdekatan : Bukit Tangkiling, Batu Banama dan Bukit Batu.
Taman Cagar Alam Bukit Tangkiling yang sempat aku datangi kondisinya juga sudah gak terawat lagi. Semak belukar dan sisa-sisa bangunan warung dari bambu semakin membuat kotor taman di cagar alam ini. Karena hopeless, Batu Banama yang katanya ada di sekitar lokasi, urung aku datangi. Apalagi dapat informasi kalau batu yang menyerupai perahu itu sudah penuh coretan gak penting! Jadi lebih baik melanjutkan perjalanan ke Bukit Batu saja. Waktu tempuh dari titik nol Palangkaraya sekitar 50 menit aja! Letaknya, persis di kanan jalan, jalan raya Palangkaraya-Sampit. Kelihatan ko' dari jalan raya yang kita lewati.
Bukit Batu ini fenomenal, menurutku. Selain banyak mitos tentang batu-batu yang ada, 'kehadiran' batu-batu besar di lokasi ini juga aneh, karena disekitarnya gak ada gunung bo! Trus, darimana dong?! Jangan2 emang beneran turun dari langit, kaya yg dilegenda Burut Ules ya?? :) Yang jelas, batu-batu super besar ini enak dilihat. Amazing aja lihat bentuknya. Apalagi, disini ada lokasi pertapaannya Tjilik Riwut, mantan gubernur pertama Kalimantan Tengah. Ada juga tempat peristirahatan Tjilik Riwut, yaitu pada batu yang berbentuk datar dengan pelindung batu lain sebagai atapnya. Unik deh! Nah, dari atas Bukit Batu ini, kita bisa melihat pemandangan alam sekitar yang hijau dan segar. Pokoknya bakalan refresh pulang dari sini!;>
Kalau mau masuk ke lokasi selain hari libur, lebih baik menghubungi pengelola yang tinggal di belakang bukit Batu ini, biar dibukain gembok pagarnya:)
OWA-OWA DI PULAU HAMPAPAKSetelah 'tidak berhasil' melihat Orangutan yang direhabilitasi di Nyaru Menteng, aku n tim dapet kesempatan mengunjungi pusat rehabilitasi Owa-Owa milik Kalaweit Care Center (Kalaweit = Owa-Owa-dlm bhs Dayak).Pak Chanee, Pendiri sekaligus Direktur yayasan ini, dengan baik hati menawarkan speedboatnya untuk perjalanan kami, tim Koper&Ransel ke Pulau Hampapak. Tapi, karena kecil, kami memilih menyewa speedboat yang lebih besar agar semua kru bisa ikut. Sebenarnya, Pulau Hampapak dan rehabilitasi Owa-Owa nya ini juga bukan obyek wisata. Tapi karena kami ingin mendukung pelestarian satwa yang dilindungi juga, Pak Chanee mengizinkan kami meliput Owa-owa ini dengan beberapa syarat yang harus dipatuhi saat di lokasi nanti.Speedboat mulai meninggalkan dermaga Pol.Air di jalan Kalimantan, dan mulai menyusuri sungai Kahayan. Semakin jauh, semakin indah saja pemandangan sekitar sungai yang bisa kita lihat. Apalagi ada rambu-rambu lalu lintas perahu di tepi sungai, yang menurutku unik plus lucu! hehe... Air sungai kahayan yang coklat keruh, segera berganti coklat teh ketika akan memasuki sungai Rungan. Transisi warna dua air ini jelas terlihat dan unik banget!!Hampir 30 menit di atas speedboat, kami pun segera memasuki kawasan Danau Hampapak. Welcome to Kalaweit Care Center!Begitu speedboat menepi, suara Owa-Owa langsung terdengar. Tapi, yang pertama kali kami jumpai adalah kandang Beruk. Kandang Owa-owa ada di dalam hutan pulau ini, kata Pak Chanee. Kami pun segera menuju 'kantor' Kalaweit di sini, dan mengenakan masker penutup hidung-mulut, agar tidak saling menularkan penyakit dengan Owa-Owa di sini. Penelusuran hutan pun dimulai....Owa-owa yang ada di sini, jumlahnya 170 ekor. Mereka diperoleh dari hasil sitaan negara terhadap masyarakat yang semula memeliharanya dan ada juga yang diserahkan secara sukarela oleh warga. Mirisnya, di sini ada Owa-Owa yang didapat dari 'reruntuhan' hutan yang dibakar liar, sehingga kondisi fisiknya cacat. Owa-Owa ini hewan monogamis. Ia akan kawin sekali sampai mati! Kalau pasangannya mati duluan, pasangan yang hidup akan depresi dan tak berapa lama juga akan mati. Makanya, mereka tidak beranak-pinak banyak. Jadinya langka deh! Apalagi kalau dipelihara manusia, usia mereka bisa lebih singkat, sekitar 7 tahun saja. Padahal kalau di hutan bebas, mereka bisa hidup sampai 30 tahun! Di hutan, mereka tidak pernah menginjak tanah. Hidupnya selalu bergelantungan dari pohon ke pohon. Karena itu, kalau pohon2 di hutan pada ditebangin, dimana lagi mereka akan hidup??? hiks...So, jangan pelihara hewan2 yang dilindungi di rumah ya! Biarkan mereka bebas di alamnya :)Ternyata, sudah banyak juga yang berkunjung ke pulau ini. Biasanya sih dari kalangan wartawan atau pun mahasiswa yang tengah melakukan penelitian. Kontak dengan manusia memang diminimalisir, agar proses rehabilitasi Owa-Owa ini berjalan cepat. Namun, keterlibatan manusia masih diperlukan, setidaknya untuk membuat mereka survive dulu.Thanks buat Pak Chanee en staff yang super ramah!:)FYI, Pak Chanee ini orang Perancis yang sejak umur 18 tahun sudah ke Indonesia, demi cita2nya menyelamatkan Owa-Owa dari kepunahan. Can we do the same thing for our lovely country??
(Jakarta, 14 Desember 2007)