Sabtu, 27 Desember 2008

CANTIK - UNIK - MAGIC!

DESA KETE’ KESU-TANA TORAJA

Ada banyak desa adat yang menjadi tujuan wisata di Tana Toraja, salah satunya desa Kete’ Kesu. Look desa ini pasti gak asing lagi, soalnya emang sering banget diekspose, baik untuk tayangan tv, gambar di kalender, postcard ataupun brosur wisata.
Hemm..jadi bingung mo mulai cerita dari bagian mana...fotonya gk kumplit pula! uhuhu...

(Bareng Anak2 desa Kete' Kesu - background lumbung padi)

Jadi, desa adat di Toraja punya aturan2 umum antara lain, menghadap ke utara, karena dari sanalah nenek moyang mereka berasal. Setiap rumah akan berhadapan dengan lumbung padi (berarti semua lumbung menghadap selatan, ya sodara2!:p). Uniknya, rumah adat (disebut tongkonan) dan lumbung2 itu terbuat dari kayu semua dan awet hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Tiap2 bagian yang membentuk bangunan itu hanya diikat dengan tali. Kok bisa kokoh berdiri, ya? How come?!

(With Raka, di jalan masuk Kete' Kesu. Sayang, gak tampak depan..hiks..)

Di setiap rumah, ada tanduk2 kerbau yang dipajang. Jumlahnya macem2 tergantung sudah berapa banyak kerbau yang mereka sembelih untuk upacara adat. Kalau banyak, itu tandanya si empunya adalah orang kaya. Selipan info nih : di Toraja, hewan favorit untuk upacara adat adalah kerbau. Dan kerbau yang mahal adalah kerbau bule, kerbau yang warna kepala atau sebagian tubuhnya tidak hitam/abu2 tetapi putih kemerahan. Katanya, bisa puluhan bahkan ratusan juta loh harganya! Kalau pas hari pasaran, kita bisa lihat kerbau2 mahal itu dipajang untuk diperjualbelikan.

(di depan salah satu tongkonan 'bertanduk' banyak - Kete' Kesu)

Di bagian belakang desa Kete’ Kesu, sekitar 200 meter, ada bukit yang dijadikan kuburan bagi orang2 mereka lengkap dengan boneka2 tiruannya yg disebut Tau Tau (Humm, akhirnya aku bisa juga sampai ke tempat yang dulu di datengi Ryani Djangkaru bareng Jejak Petualangnya... yg dulu cuma kulihat di tv...thanks God! That’s what i said to my self... Norak dikit gak papa lah..hohoho)

(Yaaaahh..yg keliatan krunya, bukan kuburan batunya...)

Mungkin karena kerap dikunjungi, lokasi itu gak serem kok. Sedikit terasa magis, iya..tapi beneran, gak nakutin! Yang ada cuma kagum, itu gimana caranya orang jaman dulu bikin lobang di dinding yang tinggi dengan kemiringan nyaris 90 derajat...itu gimana tulang2 bertumpukkan tapi kok gak dimakan hewan dan gak bau....itu gimana patung2 / boneka2 tiruan leluhur yang sudah meninggal kok tetap awet...itu gimana......ck..ck..ck...

***
Kalau mau beli souvenir di desa ini, kita gak perlu susah, karena penduduknya jugalah yang berjualan di sekitar lokasi. Ada aksesoris, hiasan dinding, kaos, patung kayu, bahkan kopi Toraja!;)

Sebelum ganti lokasi : desa ini punya forground pemandangan sawah yang oks banget! Meskipun di sekitar rumahku jg ada sawah, tp yang ini bener2 jadi satu paduan landscape yang ouuwkeeyy bangettts!!:D (gak punya fotonyaaaaa....hiks.. hiks 1000x)


KALIMBUANG BORI’ (kompleks Menhir & Kuburan batu)

Lokasinya ada di 5 km arah utara kota Rantepao. Jalan menuju kesana sudah di aspal tapi tidak terlalu lebar. Sepanjang jalan pemandangannya indaaahh banget. Dan begitu sampai lokasi, nuansa magis mulai terasa....sepi...sejuk...
Tapi teteupp...keindahan lokasinya bisa ngilangin semua aura ‘seram itu, kok!
Di sini ada banyak menhir. Ukurannya macem2, paling tinggi sekitar 3 meter. FYI, batu2 tsb dibawa dari gunung dan 'ditanam' sedemikian rupa hingga msh kokoh sampe sekarang. Punya kekuatan apa ya, orang jaman dulu?! Belom lagi kalau liat 'goa' dari batu besar yg dipahat-dilubangi utk kuburan, pasti bakal tambah kagum, soalnya mereka melakukannya manual loh, gak pake mesin!! Butuh waktu tahunan untuk hal itu.

(Belakang menhir, depan kuburan batu....hiiyyy!!)


DESA TRADISIONAL PALLAWA

Desa ini merupakan desa adat. Nuansanya mirip dengan Kete’ Kesu. Cuma secara look (halah..) memang lebih indah Kete’ Kesu, menurutku. Yang menarik waktu kami kesana adalah adanya jenazah yang sudah setahun meninggal dan masih disimpan di dalam rumah. Bagi orang Toraja, upacara pemakaman memang istimewa. Jadi kalau memang pihak keluarga yang meninggal belum siap, jenazah bisa diawetkan hingga mereka mampu membuat upacara pemakamannya.

DESA SA’DAN TO’BARANA

(Salah satu sudut ds. Sa'dan To'barana)

Desa ini merupakan salah satu pusat tenun tradisional. Penenunnya semua wanita, dari mulai ibu-ibu sampai nenek2. Mereka masih menggunakan bahan dan alat menenun tradisional. Pewarnanya pun demikian, masih menggunakan pewarna dari kulit pohon atau tanaman2 tertentu. View di desa ini jg bagus. Ada sungai kecil yg melintas di tepi tongkonan (rumah adat) terluar. Jadi gak salah kalo aku pun pose2 di sini hohoho....narsis euy! :D



(Suka deeehh, kliatan tinggi!! hehehe...)

Sepertinya kompleks tongkonan di desa ini adalah peninggalan keluarga orang berada (keturunan bangsawan), karena tongkonannya besar2 dan potongan tanduk kerbaunya juga banyak. Yang jelas, di desa ini aku dapat ‘saudara’ baru, yaitu ibu yang jg bekerja di Dinpar Toraja. Kenapa sodara? Karena beliau satu2nya orang asli Toraja namun muslim yang kutemui di sana:) Bahkan beliau menawarkan rumahnya untuk disinggahi kapanpun aku bisa ke Toraja lagi. Duh, jd terharu....

Kamis, 25 Desember 2008

APA KAREBA, MAKASSAR?!

Kota-kota di luar pulau Jawa, ternyata tidak sesepi yang kukira. Makassar contohnya. Kota ini menjadi tempat transit yg ideal bagi mereka yg ingin bepergian ke Indonesia bagian timur lainnya, baik lewat transportasi laut maupun udara. Kota yang terus membangun diri untuk menjadi tujuan wisata utama di Indonesia bagian timur ini, terlihat ramai dan nyaris metropolis. Bahkan dapet bocoran dari orang Dinas Pariwisatanya, kota Makassar menjadikan Bali dan Jogja sebagai contoh dalam membangun pariwisata mereka. Lumayan kelihatan sih, misalnya saja, nama-nama jalan di kota ini mirip banget dengan model tulisan dan bentuk papan-tiang yang digunakan di Jogja. Lalu, pertokoan, tempat makan dan penginapan di sepanjang tepi Pantai Losari, sepertinya mengiblat pada suasana di Kuta-Bali. It’s oke, gak ada yang salah dengan mencontoh hal-hal baik, bukan? So, let we start to talk about the tourism places here!;)


‘TERBIT – TENGGELAM’ DI PANTAI LOSARI


Ini dia pantai yang paling terkenal di Sulawesi Selatan. Letaknya benar2 ada di pusat kota Makassar. Pantainya agak curam dan berbatasan langsung dengan jalan raya. Kaya Ancolnya Jakarta gitu lah.. Cuma di sini lebih bersih dan gratis pula, karena benar2 di pinggir jalanan kota. Siapa yang lewat, boleh melihat :).
Di tepi pantai ini dibangun juga semacam ‘pelataran’ luas yang menjadi titik sentral kegiatan di Pantai Losari ini. Pertunjukkan seni juga sering digelar di sini. Makanya waktu kami diberi fasilitas untuk shooting tarian adat oleh Dinpar Makassar, kami memilih anjungan/pelataran ini sebagai lokasinya. Strategis dan representatif! Banyak anak muda nongkrong, orang tua momong anak, atau rombongan wisatawan yang menanti sunset di sini. O, iya...di Pantai ini, kita bisa lihat Sunrise dan Sunset dari tempat yang sama loh! Tapi tentu saja, dg waktu yg berbeda, ya!:p

(Anjungan Pantai Losari)
(Senja di Losari..)

Ada juga restoran terapung di sini. Maksudnya adalah restoran yang lokasinya di atas kapal atau bangunan di atas air. Pokoknya dijamin gak laper deh, karena banyak juga penjaja makanan di tepi jalan. Dan yang most wanted banget pastinya adalah Pisang Epe! Manis! Enaaakk tenaaann!! :D
Kalau mau belanja oleh-oleh souvenir, jl. Somba Opu memang bisa diandalkan, tapi siap-siap kenceng nawar ya...lumayan mahal2 soalnya. Yang dijual antara lain : Emas (jangan beli lah, kan tujuannya berwisata, bukan investasi hehe), aksesoris kerajinan tradisional, tas-kopiah-baju-sarung, dll. Untuk kuliner ‘besar’, kota Makassar kaya dg menu seafoodnya. RM Lae Lae adalah referensi paling populer yg boleh dicoba. Seimbang antara harga dan rasanya :).

Untuk hotel dan penginapan, jangan khawatir. Seperti yg aku bilang tadi bahwa kota ini meniru suasana tepi pantai di Bali, maka di sepanjang tepi Pantai Losari pun banyak berdiri hotel2 berbintang dg view laut sebagai andalannya. Kalau gak kebagian, hotel di tengah kota jg banyak kok! Waktu shooting episode ini, kami menginap di hotel Imperial Aryaduta Hotel , Jl. Somba Opu No. 297 Makassar, Telp. 0411 – 870555. Hotelnya tergolong baru, bagus, nyaman dan seberangnya langsung pantai Losari.

(Kolam renang hotel Imperial)


BENTENG FORT ROTTERDAM

Situs sejarah yang juga ikon kota Makassar. Benteng ini dekat dengan laut, karena dulunya memang berfungsi sebagai tempat pengintaian musuh yang datang dari arah laut. Bentengnya terawat dan beberapa bangunan di dalamnya difungsikan untuk kegiatan masyarakat seperti ruang pelatihan bahasa inggris, perpustakaan, dll. Aku pikir ini ide bagus daripada bangunannya gak terjamah dan jadi angker, ya to?! Kalau difungsikan gitu kan malah bermanfaat. Ada museum La Galigo jg di dalamnya. Bagian yang paling aku suka dari benteng ini adalah bagian depan atas, dimana sisa2 tembok yang begitu kokoh melindungi benteng ini masih ada. Dari situ kita bisa melihat laut lepas dan Pulau Kayangan yang juga menjadi obyek wisata andalan. Alasan lainnya adalah, sisa2 tembok itu terlihat eksotis! Hehe... Keren gitu buat background poto-poto! Kaya’ di majalah! Hahaha.... :p (sayangnya gk sempet minta foto2 yg di kamera temen..hiks..)


PULAU SAMALONA

Namanya gak asing kan? Karena ada judul lagu yang pake nama pulau ini. Lagunya sapa ya? Browsing sendiri, mau kan? Hehe....
Kami memang tidak memilih P. Kayangan untuk dikunjungi (di shooting) waktu itu. Pertimbangannya adalah ingin mencari lokasi lain yang masih jarang dikunjungi biar pemirsa gak bosen. Akhirnya dengan bantuan bapak2 dari Dinpar, kami bisa menyewa speedboat ke pulau Samalona. Sewanya waktu itu 1 juta rupiah PP. Waktu tempuh dari Pelabuhan Khayangan sekitar 45 menit saja. Sebentar tapi lumayan bikin jantung berdesir! Mungkin karena speedboat melaju kencang beradu dengan ombak yang rada besar plus ‘bertemu’ dengan kapal2 suepeerrr guedeee lagi mangkal (?). Ugh! Berasa keciilll banget jd manusia. Yang aku ‘rutuki’ saat itu adalah; kenapa aku gak pernah niat belajar renang?! Jadi kan gak perlu khawatir banget kl sedang ada di laut gitu...hiks...
***
Benar saja, begitu akan merapat ke P. Samalona, ikan2 di dasar laut sudah menyambut. Suer! Indah banget!! Air biru kehijauan yang jernih banget itu membebaskan mata ini untuk melihat semua ikan yang ada. Huh...sekali lagi aku menyesal, kenapa gak bisa renang?! :(

Kami segera melintasi pulau ini mencari sudut yang dirasa paling indah, sepi dan enak buat shooting. Maklum, meskipun ‘jauh’ dari peradaban kota, pulau ini juga banyak penghuninya dan banyak pula turis yang stay nyewa rumah untuk beberapa waktu di sana. Jadi pas ‘melintas’ di pulau ini, turis2 itu melambai ramah ke kami (hehehe...berasa artis deeehhh!! Padahal melambainya ke Host kami yg emang artis beneran, hahaha!!).
Melintasi pulau ini gak butuh banyak waktu, wong Cuma kecil kok. Berapa ya luasnya? Satu hektaran mungkin. Kecil kan, utk ukuran sebuah pulau berpenghuni?!
Nah, akhirnya, jadilah host cewek (Trianita) kami minta snorkling di sini. Warga juga nyewain sepatu katak dan alat snorkel loh, 30 ribu satu paketnya. O,iya..sebenarnya ada lagi yang dituju wisatawan di pulau ini, yaitu pohon besar dan makam..siapaaa gitu. Tapi aku sih gak rekomen. Lebih baik nikmati aja pasir putih dan laut birunya, dah! Hehe...

Note : maapppp banget, foto2 gak ada, alasan silakan diliat di postingan "Prolog for Celebes". Nanti kl aku ada waktu cari2 di koleksi temen yg bareng ke sana, pasti aku upload-in deh;)