Rabu, 26 Desember 2007

PANTAI AJAIB DI BANGKA-BELITUNG

Ada yang pernah ke Pulau Bangka-Belitung?
Pasti bakal sepakat kalau dibilang pantai-pantai di sana amazing!! :)
Suer! Selama keliling ke beberapa pantai di Indonesia, kebanyakan yang ada adalah pantai karang atau gak ada batuannya sama sekali. Tapi di Babel, kita bisa nemuin batuan tumpukan batuan granit dengan ukuran raksasa yang uindaaahh bangett!! (hiperbolis gak sih?hehe)

Bangka-Belitung itu masih satu propinsi. Kota kabupaten Bangka adalah Pangkalpinang, sementara Belitung adalah Tanjungpandan. Secara keseluruhan, dua pulau ini punya karakter yang sama. Hanya, Bangka lebih ramai menurutku.
Okey, sekarang langsung ngomongin obyek wisatanya! Bangka dulu yaw!

BANGKA

Jarak dari satu pantai ke pantai lainnya di Bangka, tidak terlalu jauh. Paling cuma 10 - 15 menitan. Dari pusat kotanya juga deket. Jadi bisa dibilang, Pangkalpinang itu kota pantai hehe...
Pantai yang paling populer adalah Pantai Parai Tenggiri. Pantai ini dilengkapi fasilitas hotel (Hotel Parai) yang merupakan the best hotel in town dah!:) Bahkan, Ayu Azhari aja 'menobatkan' pantai ini sebagai tempat liburan favorit keluarganya.


Emang bagus banget sih! Begitu masuk kawasan hotel, langsung terlihat hamparan batu granit yang enak banget dilihat, yang langsung nyambung ke pantainya . Trus, nanti di balik bangunan hotel, kita akan menjumpai pantai pasir putih plus batu2 granit lagi. Buat yang mau berenang, main banana boat, kano atau parasailing, hotel ini menyediakannya. Tinggal sewa alatnya, beres deh! Ada instrukturnya juga kok. Oh, iya...konsep hotel ini adalah resort. Jadi silakan pilih, rumah2 mana yang ingin diinapi :)

Selain pantai Parai, Bangka masih punya banyak pantai indah yang jaraknya saling berdekatan, seperti Pantai Matras yang dijuluki ‘pantai surga’. Pantai ini landai dan luas. Air lautnya biru kehijauan. Di salah satu sisi pantai, mengalir anak sungai diantara bebatuan granit. Infrastruktur yang ada hanyalah gardu pandang dan beberapa ‘halte’ untuk duduk2 memandang pantai. Bangunan toilet juga terbengkalai. Sebenarnya ada juga pos penjagaan, tapi sepertinya tidak berfungsi maksimal. Jalanan aspal di sepanjang pantai ini memudahkan kita menyusurinya tanpa harus turun dari kendaraan.





Pantai Tanjung Pesona, lain lagi. Di pantai ini terdapat juga hotel dengan konsep resort, yaitu Tanjung Pesona Beach Resort. Beberapa bangunan penginapan berhadapan langsung dengan laut. Untuk menikmati birunya air Tanjung Pesona ini, kita bisa berjalan di jembatan yang dibangun menjorok ke laut atau menyusuri pasir putih di depan kamar. Tumpukan batuan granit tetap menjadi pemandangan yang indah dan menakjubkan di sini. Oh, iya…hotel ini juga punya fasilitas bermain untuk anak-anak, jadi cocok untuk liburan keluarga.

Pantai-pantai indah lainnya yang tetap mengandalkan kebersihan pasir putih dan kumpulan batuan granit raksasa adalah Pantai Batu Bedaun dan Pantai Teluk Uber. Aku terkesan banget sama suasana pantai Teluk Uber. Mungkin karena waktu itu kami (tim Koper & Ransel) datang pagi-pagi sekali untuk menyambut matahari terbit, jadi suasananya sooooo exotic!!! Hening…tenang…segar…bersih….indah! :)



Semua pantai2 itu terletak di Sungailiat sekitar 30 menit dari pusat kota Pangkalpinang. Masih banyak pantai lain di Bangka, tapi kami memang tidak kesana karena keterbatasan waktu.

Sekarang ngomongin oleh2. sayangnya, Bangka tidak memiliki pusat penjualan oleh2, seperti Malioboronya Jogja atau sepanjang jalan menuju Kuta Bali atau Rajapolahnya Tasikmalaya. Jadi, kalau mau cari oleh2, ya harus ‘jeli’ melihat toko2 tertentu yang menjual barang khas itu. Yang paling khas dari Bangka ya, Pewter, kerajinan berbahan timah campuran tembaga dan antimony. Harganya lumayan mahal sih, dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah. Perajinnya juga terbatas, paling banyak di produksi oleh PT Timah di jalan Jend. Sudirman, Pangkal Pinang. Perusahaan ini memiliki workshop yang juga men-display souvenir berbahan pewter. Oleh2 khas lainnya adalah kain cual dan kopiah resam. Pusatnya ada di Ishadi craft, Pangkal Pinang.

BELITUNG

Kalau mau ke Belitung dari Bangka, kita bisa lewat jalur laut dan udara. Transportasi air (laut) bisa ditempuh dengan menggunakan jetfoil satu-satunya yang beroperasi setiap hari di sana. Jadwal keberangkatan jetfoil ini hanya pada jam tertentu, jadi harus benar2 diperhatikan kalau tidak mau ketinggalan :
Dari Bangka ke Belitung, jetfoil hanya berangkat pada pk. 14.00 WIB.
Sementara dari Belitung ke Bangka, jetfoil hanya berangkat pada pk. 07.00 WIB.
Perjalanan akan ditempuh selama 4 jam!! Ada kelas ekonomi – VIP. Kalau mau nyaman, ya di kelas VIP. Harga tiket juga gak mahal2 amat, Cuma Rp 175.000,- / orang. Tempat duduknya besar, nyaman dan ada di lantai atas jetfoil ini, jadi goncangan di tengah laut gak begitu terasa…paling2 kalau ombaknya besar aja rasanya jadi kaya naik metromini lewat jalanan gak rata hehe…. Selain fasilitas karaoke dan snack, aliran udara dari AC benar2 bikin udara dalam ruangan dingin. Jadi, siap2 bawa jaket tebal atau selimut. Suerrr!!!



Transportasi udara bisa dilakukan hanya pada hari Sabtu, Minggu dan Senin. Jadwal keberangkatan pesawat :
Sabtu & Minggu : pk 13.00 WIB dan pk. 15.00 WIB
Senin : pk 09.20 WIB
Jadi teteupp, perhatikan benar jadwal2 di atas, kalau gak mau ketinggalan pesawat.
Ada sedikit pengalaman yang menurutku lucu. Waktu kami mau pulang ke Jakarta dari Belitung, kami barengan sama dua mbak2 yang ternyata mau ke Bangka. Karena mereka ogah naik jetfoil dan hari itu jg gk ada jadwal pesawat udara yg langsung dr Belitung – Bangka, maka mereka memilih transit di bandara Soekarno-Hatta Jakarta dulu, baru ke Bangka. Busyeett dah! :)
Sekarang, mari kita mulai bahas wisata di Belitung.
Gak beda jauh sama Bangka, Belitung juga menjanjikan pantai2 indah dengan pasir putih dan batuan granit. Karena waktu di Belitung gak lama plus cuaca hujan mulu, gak banyak lokasi outdoor yang bisa kami ekspose. Salah satu pantai yang terdekat dengan hotel Lor In tempat kami menginap adalah Pantai Tanjung Tinggi. Air laut hijau kebiruan di pantai ini membentuk satu laguna indah dengan batuan granit di sekitarnya. Ada juga beberapa perahu nelayan yang bersandar. Sayangnya, nelayan ini kurang aware sama lingkungan cantik ini. Kenapa? Karena kami menjumpai ‘kotoran manusia’ di balik batu2 besar itu. Huekkk!!! :(




Kampung nelayan Bugis mungkin tempat yang populer dikalangan wisatawan.
Kampung ini memang unik, letaknya di Belitung, tapi warganya adalah orang Bugis yang sudah beranak-pinak sejak lama. Mata pencaharian mereka adalah mencari ikan. Mostly dibikin ikan asin dan ‘diekspor’ ke Jakarta. Nah lho!!:)



Ini nih, yang paling terkenal dari Belitung : Batu Satam alias batu meteor.
Batu hitam ini termasuk langka karena Cuma ada di 5 tempat di dunia, salah satunya di Belitung! Udah gitu, nyarinya susah pula. Dan satu2nya perajin di sini adalah Pak Firman di Pangkal lalang, Tanjung Pinang. Orangnya ramaaaah banget. Baik pula! Soalnya kami dikasih batu Satam gratis hehehe. Padahal, batu satam ini mahal loh! Apalagi kalau sudah dibuat perhiasan. Biasanya batu ini dijadikan hiasan tongkat komando para Panglima ABRI. Satu pesen yang beliau tekankan ke kami2 adalah, jangan pernah menganggap batu itu sebagai sesuatu yang ‘keramat’ atau sakti. Pokoknya jangan sampai jadi musyrik, meskipun mungkin ada manfaat2 tertentu yang kita dapat!! Oke deh, paaakkk! :)

Tambahan tentang Belitung. Kotanya termasuk kota sepi. Apalagi kalau malam, penerangan jalan raya pun di titik2 tertentu saja, jadi gelap euy! Trus, soal makanan juga kebanyakan sea food (ya iyalaaahh!!). Penginapan juga lumayan banyak di kota, meski kelas melati, tapi bersih kok. Malah yang berbintang yg aku rasa kurang nyaman. Mungkin karena letaknya jauh dari kota dan jarang orang menginap, ko kesannya jadi gak bersih gitu deeeehhh, padahal hotelnya bagus loh! Humm…nanti kalau aku punya uang banyak, aku bikin hotel2 cantik di Bangka atau Belitung! Amiinn :)

Sekian dulu yah, cerita Babel nya. Tar kalau ada yg kurang dan tiba2 inget, aku tambahin lagi. Tunggu ceritaperjalanan berikutnya! ting! ;>

Jumat, 07 Desember 2007

LAST EDITION IN PALANGKARAYA

Sedihnya..., Palangkaraya harus jadi episode terakhir buatku di Koper & Ransel. Waktu 6 bulan ternyata gak cukup bikin puas hati menikmati Indonesiaku. Hiks..hiks...mudah2an nantinya dapet program jalan2 lagi!hehehe...

PALANGKARAYA KOTA CANTIK
Gak begitu paham juga kenapa kota ini dapet julukan sebagai Kota Cantik, tapi positif thinking aja bahwa nama itu adalah do'a!hehehe....

Mungkin karena tata kotanya bagus dan jalanan di kota ini lebar-lebar serta bersih. Tapi kalau untuk cuaca, dijamin puanass!! Makanya, bawa sunblock, topi atau payung sekalian!:)

SUNGAI & JEMBATAN KAHAYAN

Sungai ini melintasi kota Palangkaraya. Lebar banget! Sesuai karakter sungai-sungai di Kalimantan. Warna airnya coklat keruh. Katanya, itu karena ada erosi yang disebabkan oleh penebangan hutan yang dijadikan perkebunan sawit. Tapi biarpun warnanya coklat, menurutku sungai Kahayan termasuk bersih...bebas dari sampah-sampah, yang biasanya ada di sungai-sungai Jakarta!:p

Sungai ini menjadi jalur transportasi juga. Perahu dayung maupun bermesin lalu lalang di sini. Ada juga rumah-rumah terapung (lanting) yang dihuni oleh masyarakat sekitar. Semua ini bisa juga kita lihat dari atas jembatan Kahayan. Oh, iya..balik lagi soal rumah terapung, Joe, Host kami bilang gini; "Enak, ya kalau punya rumah terapung. Kalaupun hujan deras gak bakal kebanjiran, karena pasti ikutan terangkat rumahnya. Nanti tinggal mengabarkan posisi aja... ada di ketinggian berapa meter di atas air! hehehe"

TAMAN WISATA KUMKUM
Lokasinya sekitar 500 m dari Jembatan Kahayan. Jadi kalau dari pusat kota, paling 10 menit aja. Asik banget tempatnya! Adem! Karena emang dulunya wilayah ini adalah hutan tepi sungai, jadi masih ada pohon-pohon besar sebagai pelindung dari terik matahari.



Tiket masuk ke lokasi ini RP 2000,- / orang. Di dalam ada pondok-pondok semi terbuka yang bisa disewa untuk tempat makan. Biaya sewanya Rp 6.000,- / 2 jam pertama, selanjutnya Rp 3.000,- / jam untuk weekdays. Sedangkan kalau weekend atau hari libur, sewanya Rp 15.000,- / 2 jam pertama dan selanjutnya Rp 7.000,- / jam. Maklum, kalau hari libur atau weekend, lokasi ini ramai dikunjungi. Biasanya sih, keluarga..karena di sini ada arena bermain untuk anak dan beberapa koleksi hewan. Tapi kalau gak mau makan di pondokan2 juga gak apa2 ko, karena ada banyak deretan meja dan bangku panjang yang siap digunakan. Jalanan dari kayu ulin yang dibuat panggung, semakin mempercantik lokasi ini.

Sungai Kahayan jelas banget dari sini, karena memang Taman Wisata Kumkum benar-benar ada di tepinya. Lalu-lalang perahu sudah pasti terlihat dan jadi pemandangan yang lumayan bisa menyegarkan mata-mata yang ngantuk karena hembusan sepoi angin hutan...:)

Akhirnya, makanan yang ditunggu datang juga! Jadi, kalau mau pesen ikan Patin bakar (laut atau pun sungai....mahalan yg Patin sungai ding), harus dari awal dateng! Karena masaknya lama bo! Katanya sih, karena ikan ini banyak punya lemak, jadi harus benar-benar 'dihabiskan' dengan cara dibakar seeeemateng-matengya! Pasangannya adalah sambel mangga. Rasanya sedikit kecut (ya iyalah..). Trus, yang khas Kalteng adalah Sup rotan muda. Ada juga sup umbut kelapa. Kedua makanan ini rasanya segar manis!(kaya yg nulis;>). Pokoknya, satu paket makan siang seperti ini, ditambah air mineral dan buah, adalah sekitar Rp 30.000,- . Buat yang gak minat sama makanan2 di atas, jangan putus asa karena ada banyak pilihan menu di sini.

DORONG SOUVENIR DI JALAN BATAM!
Jogja punya Malioboro, Bali punya Pasar Seni Sukowati, Balikpapan punya Pasar Inpres Kebun Sayur, dan Makasar punya jalan Somba Opu untuk pusat oleh-oleh khas dan barang-barang kerajinan. Nah, kalau di Palangkaraya, semua itu ada di Jalan Batam. Di sini ada dereten toko-toko souvenir. Jadi yang mau cari cinderamata miniatur kapal dari getah Nyatu, Mandau, aksesoris batu-batuan (termasuk batu kecubung yang jadi andalan) atau manik-manik yang dibuat menjadi aneka barang (kalung, dompet, tas, gantungan kunci, dll), silakan mampir kesini. Soal harga, variatif lah....standarnya sebuah pusat oleh-oleh, ya ada yang murah-ada yang mahal...yang pasti bisa ditawar!! hehe... Kalau mau, cek dulu ke beberapa toko untuk memperkirakan harga pastinya, supaya gak nyesel kalau beli banyak buat oleh2. Selisih seribu per-item lumayan kan?!:p Eh, iya ada Kerupuk amplang juga loh!;>

DANAU TAHAI
Waktu tempuh ke danau ini sekitar 30 menit. Letaknya berdekatan dengan arboretum Nyaru Menteng. Arboretum Nyaru Menteng sendiri adalah kawasan hutan buatan yang sayangnya sudah gak terawat, menurutku. Kalaupun ada hal menarik di sana adalah adanya tempat rehabilitasi Orangutan. Tapi, ini bukan lokasi wisata. Jadi jangan harap bisa masuk kesana dan bermain-main dengan orangutan. Harus ada surat2 izin resmi dari kantor BOS pusat dan hasil cek kesehatan diri. Tapi kalau kekeuh mau liat orangutan juga, mereka menyediakan pusat informasi, dimana kita bisa melihat beberapa orangutan dari balik kaca di dalam bangunan rumah dekat kandang orangutan tsb.

Balik lagi ke danau Tahai. Danau ini kalau dilihat lama-lama....bagus juga!hehe....

Yang bikin bagus, ya jembatan2 kayu dan pohon2 bakau di danau ini. Alami banget! Pantesan banyak yang pacaran di sini. hehehe....

Air danau Tahai warnanya coklat pekat, kaya air teh kental, yang disebabkan oleh akar pepohonan bakau. Disini ada persewaan perahu bebek dan perahu kayu, per-jam nya sekitar Rp 10.000,- saja. Trus ada juga rumah2 terapung, yang katanya itu adalah vila2 yg bisa disewakan. Kalau aku sih, gak tertarik. Selain banyak nyamuk, kondisi itu villa ko meragukan ya?!:p

BUKIT BATU
Awas, jangan sampai salah lokasi, tiga tempat ini berbeda meskipun berdekatan : Bukit Tangkiling, Batu Banama dan Bukit Batu.

Taman Cagar Alam Bukit Tangkiling yang sempat aku datangi kondisinya juga sudah gak terawat lagi. Semak belukar dan sisa-sisa bangunan warung dari bambu semakin membuat kotor taman di cagar alam ini. Karena hopeless, Batu Banama yang katanya ada di sekitar lokasi, urung aku datangi. Apalagi dapat informasi kalau batu yang menyerupai perahu itu sudah penuh coretan gak penting! Jadi lebih baik melanjutkan perjalanan ke Bukit Batu saja. Waktu tempuh dari titik nol Palangkaraya sekitar 50 menit aja! Letaknya, persis di kanan jalan, jalan raya Palangkaraya-Sampit. Kelihatan ko' dari jalan raya yang kita lewati.

Bukit Batu ini fenomenal, menurutku. Selain banyak mitos tentang batu-batu yang ada, 'kehadiran' batu-batu besar di lokasi ini juga aneh, karena disekitarnya gak ada gunung bo! Trus, darimana dong?! Jangan2 emang beneran turun dari langit, kaya yg dilegenda Burut Ules ya?? :) Yang jelas, batu-batu super besar ini enak dilihat. Amazing aja lihat bentuknya. Apalagi, disini ada lokasi pertapaannya Tjilik Riwut, mantan gubernur pertama Kalimantan Tengah. Ada juga tempat peristirahatan Tjilik Riwut, yaitu pada batu yang berbentuk datar dengan pelindung batu lain sebagai atapnya. Unik deh! Nah, dari atas Bukit Batu ini, kita bisa melihat pemandangan alam sekitar yang hijau dan segar. Pokoknya bakalan refresh pulang dari sini!;>

Kalau mau masuk ke lokasi selain hari libur, lebih baik menghubungi pengelola yang tinggal di belakang bukit Batu ini, biar dibukain gembok pagarnya:)

OWA-OWA DI PULAU HAMPAPAK
Setelah 'tidak berhasil' melihat Orangutan yang direhabilitasi di Nyaru Menteng, aku n tim dapet kesempatan mengunjungi pusat rehabilitasi Owa-Owa milik Kalaweit Care Center (Kalaweit = Owa-Owa-dlm bhs Dayak).

Pak Chanee, Pendiri sekaligus Direktur yayasan ini, dengan baik hati menawarkan speedboatnya untuk perjalanan kami, tim Koper&Ransel ke Pulau Hampapak. Tapi, karena kecil, kami memilih menyewa speedboat yang lebih besar agar semua kru bisa ikut. Sebenarnya, Pulau Hampapak dan rehabilitasi Owa-Owa nya ini juga bukan obyek wisata. Tapi karena kami ingin mendukung pelestarian satwa yang dilindungi juga, Pak Chanee mengizinkan kami meliput Owa-owa ini dengan beberapa syarat yang harus dipatuhi saat di lokasi nanti.

Speedboat mulai meninggalkan dermaga Pol.Air di jalan Kalimantan, dan mulai menyusuri sungai Kahayan. Semakin jauh, semakin indah saja pemandangan sekitar sungai yang bisa kita lihat. Apalagi ada rambu-rambu lalu lintas perahu di tepi sungai, yang menurutku unik plus lucu! hehe...

Air sungai kahayan yang coklat keruh, segera berganti coklat teh ketika akan memasuki sungai Rungan. Transisi warna dua air ini jelas terlihat dan unik banget!!

Hampir 30 menit di atas speedboat, kami pun segera memasuki kawasan Danau Hampapak. Welcome to Kalaweit Care Center!

Begitu speedboat menepi, suara Owa-Owa langsung terdengar. Tapi, yang pertama kali kami jumpai adalah kandang Beruk. Kandang Owa-owa ada di dalam hutan pulau ini, kata Pak Chanee. Kami pun segera menuju 'kantor' Kalaweit di sini, dan mengenakan masker penutup hidung-mulut, agar tidak saling menularkan penyakit dengan Owa-Owa di sini. Penelusuran hutan pun dimulai....

Owa-owa yang ada di sini, jumlahnya 170 ekor. Mereka diperoleh dari hasil sitaan negara terhadap masyarakat yang semula memeliharanya dan ada juga yang diserahkan secara sukarela oleh warga. Mirisnya, di sini ada Owa-Owa yang didapat dari 'reruntuhan' hutan yang dibakar liar, sehingga kondisi fisiknya cacat.

Owa-Owa ini hewan monogamis. Ia akan kawin sekali sampai mati! Kalau pasangannya mati duluan, pasangan yang hidup akan depresi dan tak berapa lama juga akan mati. Makanya, mereka tidak beranak-pinak banyak. Jadinya langka deh! Apalagi kalau dipelihara manusia, usia mereka bisa lebih singkat, sekitar 7 tahun saja. Padahal kalau di hutan bebas, mereka bisa hidup sampai 30 tahun! Di hutan, mereka tidak pernah menginjak tanah. Hidupnya selalu bergelantungan dari pohon ke pohon. Karena itu, kalau pohon2 di hutan pada ditebangin, dimana lagi mereka akan hidup??? hiks...
So, jangan pelihara hewan2 yang dilindungi di rumah ya! Biarkan mereka bebas di alamnya :)

Ternyata, sudah banyak juga yang berkunjung ke pulau ini. Biasanya sih dari kalangan wartawan atau pun mahasiswa yang tengah melakukan penelitian. Kontak dengan manusia memang diminimalisir, agar proses rehabilitasi Owa-Owa ini berjalan cepat. Namun, keterlibatan manusia masih diperlukan, setidaknya untuk membuat mereka survive dulu.
Thanks buat Pak Chanee en staff yang super ramah!:)
FYI, Pak Chanee ini orang Perancis yang sejak umur 18 tahun sudah ke Indonesia, demi cita2nya menyelamatkan Owa-Owa dari kepunahan.
Can we do the same thing for our lovely country??

(Jakarta, 14 Desember 2007)